Selasa, 27 Oktober 2015

bioteknologi pembuatan yoghurt



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fermentasi merupakan bentuk tertua dari bioteknologi Minuman beralkohol (bir, anggur, tuak), Makanan terfermentasi (keju, yoghurt, tape, tempe, petis, terasi). Orang Somaria dan Babilon kuno sudah minum bir sejak 6000 th sebelum masehi. Orang Mesir sdh membuat adonan Kue Asam sejak tahun 4000 sebelum masehi .Sedangkan di Eropa, minuman anggur sudah dikenal jauh dimasa lalu dengan proses fermentasi Perkembangan Bioteknologi Jaman sebelum Louis Pasteur. Tujuan Fermentasi adalah untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik, disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Darma, 2010).
Pada praktikum ini, kami akan melakukan sebuah proses fermentasi, yaitu akan membuat youghrt. Protein sebagai salah satu komponen gizi yang dibutuhkan manusia.
Protein ini dapat diperoleh dari bahan nabati ataupun hewani. Dari bahan hewani salah satunya adalah dari susu. Susu dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai pola menu empat sehat lima sempurna. Susu mengandung protein yang langsung diserap.


Didaerah yang menghasilkan susu cukup tinggi,kadang – kadang sering terjadi kerusakan karena tidak cepat terjual. hal ini sangat merugikan bagi peternak susu. Untuk itu perlu adanya penanganan susu yang sederhana dan menjanjikan keuntungan yang lumayan adalah pegolahan yoghurt. Dan saat ini yoghurt dalam bentuk flavoured yoghurt cair dingin ataupun beku sangat digemari dikalangan anak– anak ataupun remaja,khususnya dikota – kota besar.
Mengkonsumsi susu sangat bermanfaat bagi kecukupan gizi masyarakat karena yoghurt memiliki gizi yang cukup tinggi. Selain gizinya yang cukup tinggi juga bermanfaat bagi orang – orang yang tidak tahan gula susu ( laktosa ) atau sering dikenal dengan istilah lactose intolerance maka keterbatasannya dalam mengkonsumsi susu dapat diatasi dengan mengkonsumsi yoghurt.
B.     Tujuan
-          Mengetahui bahan yang  digunakan dalam pembuatan yoghurt
-          Mengetahui dan dapat melakukan pembuatan yoghurt
-          Mengetahui pH, rasa, tekstur dan aroma yoghurt
C.     Manfaat Praktikum
-          Agar mahasiswa dapat mengetahui bahan yang digunakan dalam pembutan yoghurt.
-          Agar mahasiswa dapat mengetahui dan dapat melakukan pembuatan yoghurt.
-          Agar mahasiswa dapat mengetahui PH, rasa, tekstur dan aroma yoghurt.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Produk-produk olahan susu telah diketahui memegang peranan penting dalam makanan manusia di berbagai negara. Dengan tingkat nutrisinya yang tinggi, produk olahan susu dapat dijadikan makanan tambahan walau susu / olahannya hanya mewakili sekitar 10% konsumsi total protein. Salah satu produk olahan susu adalah yoghurt. Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan. Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt membolehkan seseorang yang menderita kelainan Lactoce intolerence seolah mampu mengkonsumsi susu (Ginting et al., 2005).
Yoghurt adalah bahan makanan yang berasal dari susu sapi, yang merupakan hasil pemeraman susu dalam bentuk mirip bubur atau es krim yang mempunyai rasa agak asam sebagai hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri tertentu. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abad yang lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu tinggi, mungkin sekitar 40-50 °C. Yoghurt lebih mudah dicerna didalam perut dibandingkan susu biasa dan dapat digunakan untuk pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka, kadar kolestrol didalam darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi yoghurt, sehingga dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (atherosklerosis).
Yoghurt sangat sesuai dikonsumsi oleh penderita defisiensi enzim laktase dalam tubuhnya (Lactose intolerance), dimana tubuh tidak mampu mengubah laktose menjadi glukosa dan galaktosa. Kelainan ini mengakibatkan timbulnya sakit perut dan diare setelah mengkonsumsi susu. Yoghurt mempunyai kandungan protein lebih daripada susu sapi, tetapi mempunyai lemak yang lebih rendah (Saleh, 2004).
Pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcuc thermophilus. Streptococcus thermophilus berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus. Aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisme ini sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003).
Bakteri yang digunakan dalam fermentasi susu mempunyai beberapa peranan yang pada dasarnya adalah memproduksi asam laktat, sekresi metabolit yang berhubungan dengan karakteristik flavour dari produk fermentasi susu tertentu dan modifikasi substrat agar perubahan-perubahan biokimiawi yang diinginkan dapat berlangsung. Seleksi bakteri yang sesuai untuk suatu produk tertentu memegang peranan penting dan karakteristik mikroba yang dipilih dapat digunakan sebagai parameter dalam proses fermentasi (Wijaningsih, 2008).



Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan cita rasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt yang baik mempunyai total asam laktat sekitar 0,85-0,95% (Surono, 2004).
Yoghurt dibedakan menjadi dua berdasarkan cara pembuatan dan struktur fisiknya yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Set yoghurt adalah yoghurt yang  dihasilkan dari susu yang diinkubasi pada wadah berukuran kecil dan menghasilkan gel dengan massa setengah padat. Stirred yoghurt adalah yoghurt yang dihasilkan dari susu yang diinkubasi pada wadah yang berukuran besar dan menghasilkan struktur gel yang pecah pada akhir inkubasi. Flavornya yoghurt dibedakan atas natural (plain) yoghurt, fruit yoghurt dan flavoured yoghurt. Natural (plain) yoghurt adalah yoghurt tanpa penambahan gula maupun flavor. Plain yoghurt rasanya sangat asam, sehingga tidak semua orang menyukainya. Yoghurt ini biasanya digunakan sebagai bahan pencampur salad. Fruit yoghurt adalah yoghurt yang dicampur dengan sari buah atau buah yang dipotong kecil-kecil, seperti nanas, pepaya, pisang, mangga, dll. Penambahan potongan buah (sebanyak 10%) ke dalam susu dapat dilakukan sebelum atau sesudah inkubasi. Penambahan buah-buahan sebelum inkubasi akan menyebabkan potongan buah tersebut tenggelam ke dasar yoghurt, sehingga mengganggu tekstur yoghurt   (Widodo, 2002).
Yogurt dapat didefinisikan sebagai sejenis produk susu terkoagulasi, yang diperoleh dari fermentasi asam laktat tertentu melalui aktivitas Streptococcus  salivarius var. thermophilus dan  Lactobacillus delbrueckii var. Bulgaricus dimana mikroorganisme dalam produk aktif harus hidup-aktif dan berlimpah (Codex Alimentarius, 1976).
Yoghurt berasal susu yang kemudian ditambahkan dengan bakteri yang akan membentuk asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan dalam proses pembuatan yogurt adalah bakteri Bifidobacterium sp., Lactobacillus sp. atau bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri-bakteri ini yang akan memicu proses fermentasi dari susu, mengubah laktosa pada susu menjadi asam laktat (Abdullah, 2012).
Streptococcus thermophilus merupakan bakteri gram-positif yang bersifat anaerob. Streptococcus thermophilus banyak digunakan pada pembuatan keju, fermentasi makanan. Streptococcus thermophilus memiliki peran sebagai  probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal lainnya. Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri yang membantu dalam proses fermentasi yoghurt. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus dapat mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa sehingga orang yang toleran terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yogurt tanpa mendapat masalah kesehatan (Rorooh, 2012).


Fermentasi susu adalah salah satu bentuk pengolahan susu dengan melibatkan aktivitas satu atau beberapa spesies mikroorganisme yang dikehendaki. Proses fermentasi tersebut dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga lebih mudah dicerna (Gianti dan Evanuarini, 2011).
Selama proses fermentasi terbentuk asam laktat hasil metabolisme laktosa susu oleh starter bakteri menjadi glukosa atau galaktosa-6- fosfat. Selanjutnya melalui rantai glikolisis glukosa diubah menjadi asam laktat melalui siklus Kreb (Helferich dan Westhoff, 1980).
Tingkat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern meliputi suhu optimum masing-masing jenis  bakteri, sedangkan faktor ekstern, meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tumbuhnya bakteri. Proses pertumbuhan bakteri starter dalam pembuatan yogurt, diawali dengan peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus thermophilus memproduksi asam laktat pada pH rendah untuk mengoptimalkan laju  pertumbuhan  Lactobacillus bulgaricus, sehingga pada akhirnya pertumbuhan Streptococcus thermophilus berlangsung lambat dan Lactobacillus bulgaricus memproduksi asam laktat yang menimbulkan penurunan pH (Hamann dan Marth,1983).
Aroma dan rasa yoghurt dipengaruhi oleh karena adanya senyawa tertentu dalam yoghurt seperti senyawa asetaldehida, diasetil , asam asetat dan asam-asam lain yang jumlahnya sangat sedikit . Senyawa ini dibentuk oleh bakteri Streptococcus thermophillis dari laktosa susu, diproduksi juga oleh beberapa strain bakteri Lactobacillus bulgaricus (Friend dkk, 1985).

Proses fermentasi yoghurt berlangsung melalui penguraian protein susu. Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosa tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim β-galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya akan mengubah glukosa menjadi produk akhir asam laktat.
Laktosa → Glukosa+Galaktosa →Asam piruvat → Asam laktat+CO2+H2O
Adanya asam laktat memberikan rasa asam pada yoghurt. Hasil fermentasi susu ini merubah tekstur susu menjadi kental. Hal ini dikarenakan protein susu terkoagulasi pada suasana asam, sehingga terbentuk gumpalan. Proses ini memakan waktu 1-3 hari yang merupakan waktu tumbuh kedua bakteri, dan bekerja menjadi 2 fasa, kental dan bening encer dan rasanya asam (Krisna, 2011).
Umur simpan yoghurt sangat bergantung pada proses produksi, kondisi suhu penyimpanan dan ada tidaknya kontaminasi. Pada yoghurt yang tidak disterilisasi setelah fermentasi selesai, aktivitas bakteri starter biasanya tetap berlangsung sehingga semakin lama rasa asam produk akan meningkat dan selanjutnya juga terbentuk cita rasa pahit karena proses proteolisis. Kontaminasi mikroba terutama kapang dan khamir buisa memperpendek umur simpan. Untuk umur simpan yang lebih lama, dianjurkan untuk menyimpan produk di suhu rendah (6ºC). idealnya, pada suhu rendah (4-6ºC), yoghurt bisa disimpan selama 35-40 hari. Jika produk disterilisasi setelah proses fermentasi, maka umur simpan akan lebih lama dan dapat disimpan di suhu ruang (Syamsir, 2009).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
a.       Alat
-          Botol gelas
-          Aluminium Poil
-          Karet Gelang
b.      Bahan
-          Susu Murni
c.       Waktu Dan Tempat
-          Waktu : Selasa,16 Juni 2015, Pukul ; 08.00 – 10.00 WIB
-          Tempat : Laboratorium Universitas Kapuas Sintang
d.      Cara kerja
-          Starter bubuk 20 gr di on kan dalam air aquades
-          Di inkubasi dengan suhu 40o C dalam 74 jam
-          Kemudian 150 ml disubkultur dalam 3000 ml susu cair
-          Selanjutnya di inkubasi dalam suhu 40o C selama 6 jam, terus di bagi 50 ml/liter
-          Selanjutnya 50 ml starter di bagi atas 4 perlakuan yaitu ;
1.      25 ml starter dalam 500 ml susu cair
2.      12 ml starter dalam 500 ml susu cair
3.      6 ml starter dalam 500 ml susu cair
4.      3 ml starter dalam 500 ml susu cair
-          Di inkubasi dalam susu 40oC selama 6 jam
-          Uji PH dan organ oleptik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil
-          Perlakuan 1 ( 25 ml starter )
Ø  Tester 1 aroma yoghurt berbau asam, teksturnya agak cair, rasanya agak asam, dengan kadar PH 3,05.
Ø  Tester 2 aroma yoghurt berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya kental, rasanya tidak terlalu asam, dengan kadar PH 3,05.
-          Perlakuan 2 ( 12 ml starter )
Ø  Tester 1 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya asam, dengan kadar PH 2,98.
Ø  Tester 2 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya asam pekat, dengan kadar PH 2,98.
-          Perlakuan 3 ( 6 ml starter )
Ø  Tester 1 aromanya berbau susu, teksturnya agak kental tetapi lebih dominan cair, rasanya asam sekali, dengan kadar PH 3.
Ø  Tester 2 aromanya berbau asam, teksturnya cair, rasanya asam namun sedikit pekat, dengan kadar PH 3.
-          Perlakuan 4 ( 3 ml starter )
Ø  Tester 1 aromanya berbau susu, teksturnya kental namun agak cair, rasanya tidak terlalu asam, dengan kadar PH 2,86.
Ø  Tester 2 aromanya berbau susu namunn hampir basi, teksturnya cair, rasanya asam pekat, dengan kadar PH 2,86.
b.      Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan proses pembuatan yoghurt. Bahan utama dari yoghurt adalah susu segar. Susu yang digunakan kali ini bukanlah susu segar langsung dari hasil perahan, tapi merupakan susu segar kemasan dari salah satu merk terkemuka. Walaupun begitu, susu ini pun dapat digunakan karena merupakan susu steril dan murni jadi tidak perlu lagi dilakukan proses pasteurisasi.
Adapun bibit (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus) yang digunakan adalah bibit dari yoghurt yang telah jadi. Tapi yang digunakan adalah dari golongan plain yoghurt, bukan dari golongan yoghurt yang telah diberi rasa buah-buahan.
Adapun tahap-tahap dalam pembuatannya yaitu penyiapan, inkubasi, dan pengamatan.
Dimana Starter bubuk 20 gr di on kan dalam air aquades dan inkubasi dengan suhu 40o C dalam 74 jam Kemudian 150 ml disubkultur dalam 3000 ml susu cair Selanjutnya di inkubasi dalam suhu 40o C selama 6 jam, terus di bagi 50 ml/liter, Selanjutnya 50 ml starter di bagi atas 4 perlakuan yaitu ; 25 ml starter dalam 500 ml susu cair, 12 ml starter dalam 500 ml susu cair, 6 ml starter dalam 500 ml susu cair, 3 ml starter dalam 500 ml susu cair, yang kemudian di inkubasi dalam susu 40oC selama 6 jam dan Uji PH dan organ oleptik.

Dengan menghasilkan Perlakuan 1 ( 25 ml starter ) dimana tester 1 aroma yoghurt berbau asam, teksturnya agak cair, rasanya agak asam, dengan kadar PH 3,05. Sedangkan pada tester 2 aroma yoghurt berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya kental, rasanya tidak terlalu asam, dengan kadar PH 3,05. Untuk perlakuan 2 ( 12 ml starter ) dimana tester 1 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya asam, dengan kadar PH 2,98. Sedangkan tester 2 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya asam pekat, dengan kadar PH 2,98. Untuk perlakuan 3 ( 6 ml starter ) tester 1 aromanya berbau susu, teksturnya agak kental tetapi lebih dominan cair, rasanya asam sekali, dengan kadar PH 3. Sedangkan tester 2 aromanya berbau asam, teksturnya cair, rasanya asam namun sedikit pekat, dengan kadar PH 3. Unntuk perlakuan 4 ( 3 ml starter ) Tester 1 aromanya berbau susu, teksturnya kental namun agak cair, rasanya tidak terlalu asam, dengan kadar PH 2,86. Sedangkan tester 2 aromanya berbau susu namun hampir basi, teksturnya cair, rasanya asam pekat, dengan kadar PH 2,86.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan yoghurt kali ini bisa di katakakan berhasil. Di mana bakteri bekerja sebagaimana mestinya tanpa ada mikroorganisme lain yang mengganggunya. Menurut Krisna (2011), kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan cita rasa yoghurt.
Menurut Anonim (2007), bila dinilai dari kandungan gizinya, yoghurt tidaklah kalah dengan  susu pada umumnya. Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
  1. Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi  yoghurt.
  2. Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yoghurt mengandung bakteri lactobacillus. Lactobacillus berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging.
  3. Meningkatkan daya tahan tubuh kita karena yoghurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu kita.





BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Yoghurt adalah minuman yang terbuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Berdasarkan hasil praktikum uji organoleptik pada yoghurt hasil praktikum dan yoghurt kontrol (komersial) banyak perbedaan dari segi rasa, warna, bau dan tekstur pada yoghurt tersebut. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah bahan-bahan penyusun dari pembuatan yoghurt tersebut dan cara pembuatan dari yoghurt tersebut pada hasil praktikum pembuatan yoghurt dilakukan dengan alat yang sederhana dan kurang steril sedangkan pada yoghurt komersial pembuatan dilakukan sengan alat yang modern dan lebih steril.








DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N dan Elsegustri Pasaribu. 2005. Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Goff, D. 2003. Yoghurt, Diary Science, and Technology. University of guelph. Canada
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Univesitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Kus Anna (2011) Sifat Organoleptik Yoghurt
Shani (2010) Pembuatan Yoghurt aneka rasa
Sudarmadji  dan  K.R.  Kuswanto,  1989 Proses  Proses  Mikrobiologi  Pangan. Pusat  Antar  Universitas  Pangan  dan Gizi,  Universitas  Gadja  Mada Yogyakarta
Anonim. Pembuatan Yoghurt. 2011.
Campbell‚ Neil A dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hartono dan Yusminah Hala. 2012. Penuntun Praktikum Pengantar Bioteknologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM
Krisna‚ Agus. 2011. Pemanfaatan Mikroorganisme di Bidang Pangan Berbasis Bioteknologi Konvensional.
Sunarlim, R., H. Setiyanto, dan M. Poeloengan. 2007. Pengaruh kombinasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, dan Lactobacillus plantarumterhadap sifat mutususu fermentasi. hlm.270
Surono, I.S. and A. Hosono. 1995. Indigenous fermented foods in Indonesia. Japanese J. Dairy Food Sci. 44: A91−A98.
Syahrir, I. H. 2002. Karateristik fisik, kimia dan mikrobiologi dadih susu sapi dengan kombinasi starter Lactobacillus plantarum,Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Taufik, E.2004. Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Berbagai Starter Bakteri Probiotik yang Disimpan pada Suhu Rendah: Karakteristik Kimiawi. Media
Peternakan, Vol 27 hlm. 88-100
Bottazi, V. 1983. Other fermented dairy product. In: Biotechnology, Food and
Feed Production with Microorganism, Vol. 5. Verlag Chemie, Florida.
Rochintaniawati,Diana.2010PembuatanYoghurt.(Online) http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHINTANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/PEMBUATAN_YOGHURT.pdf  Diacces tanggal 15 agustus 2011
Anonim A, 2012, Manfaat Yoghurt. http://www.enformasi.com/ manfaat yoghurt/ diakses tanggal 25 mei 2012.
Dewipadma, J.K. 1978. Pekerjaan Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. htstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Frazier, W.C . and D. Westhoff. 1978. Food Agrobiology. Third Edition. McGraw-Hill Book Company. New York
Standarisasi Nasional Indonesia. 1992. Standar Nasional Indonesia, Dewan Standar Nasional. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Sumardikan, Hari, 2007, Penggunaan Carboxymethylcellulose (CMC) Terhadap pH, Keasaman, Viskositas, Sineresis dan Mutu Organoleptik Yoghurt Set, Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar