BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fermentasi
merupakan bentuk tertua dari bioteknologi Minuman beralkohol (bir, anggur,
tuak), Makanan terfermentasi (keju, yoghurt, tape, tempe, petis, terasi). Orang
Somaria dan Babilon kuno sudah minum bir sejak 6000 th sebelum masehi. Orang
Mesir sdh membuat adonan Kue Asam sejak tahun 4000 sebelum masehi .Sedangkan di
Eropa, minuman anggur sudah dikenal jauh dimasa lalu dengan proses fermentasi
Perkembangan Bioteknologi Jaman sebelum Louis Pasteur. Tujuan Fermentasi
adalah untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan
nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik, disamping itu juga
menurunkan zat anti nutrisinya (Darma, 2010).
Pada
praktikum ini, kami akan melakukan sebuah proses fermentasi, yaitu akan membuat
youghrt. Protein sebagai salah satu komponen gizi yang dibutuhkan manusia.
Protein ini
dapat diperoleh dari bahan nabati ataupun hewani. Dari bahan hewani salah satunya
adalah dari susu. Susu dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai pola menu empat
sehat lima sempurna. Susu mengandung protein yang langsung diserap.
Didaerah
yang menghasilkan susu cukup tinggi,kadang – kadang sering terjadi kerusakan
karena tidak cepat terjual. hal ini sangat merugikan bagi peternak susu. Untuk
itu perlu adanya penanganan susu yang sederhana dan menjanjikan keuntungan yang
lumayan adalah pegolahan yoghurt. Dan saat ini yoghurt dalam bentuk flavoured
yoghurt cair dingin ataupun beku sangat digemari dikalangan anak– anak ataupun
remaja,khususnya dikota – kota besar.
Mengkonsumsi
susu sangat bermanfaat bagi kecukupan gizi masyarakat karena yoghurt memiliki
gizi yang cukup tinggi. Selain gizinya yang cukup tinggi juga bermanfaat bagi
orang – orang yang tidak tahan gula susu ( laktosa ) atau sering dikenal dengan
istilah lactose intolerance maka keterbatasannya dalam mengkonsumsi susu dapat diatasi
dengan mengkonsumsi yoghurt.
B.
Tujuan
-
Mengetahui bahan yang
digunakan dalam pembuatan yoghurt
-
Mengetahui dan dapat melakukan
pembuatan yoghurt
-
Mengetahui pH, rasa, tekstur dan
aroma yoghurt
C.
Manfaat Praktikum
-
Agar mahasiswa dapat mengetahui bahan yang
digunakan dalam pembutan yoghurt.
-
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan
dapat melakukan pembuatan yoghurt.
-
Agar mahasiswa dapat mengetahui PH,
rasa, tekstur dan aroma yoghurt.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Produk-produk olahan susu telah diketahui memegang peranan penting dalam
makanan manusia di berbagai negara. Dengan tingkat nutrisinya yang tinggi,
produk olahan susu dapat dijadikan makanan tambahan walau susu / olahannya
hanya mewakili sekitar 10% konsumsi total protein. Salah satu produk olahan
susu adalah yoghurt. Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol
darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran
pencernaan. Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung
bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora
dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt membolehkan
seseorang yang menderita kelainan Lactoce intolerence seolah mampu
mengkonsumsi susu (Ginting et al., 2005).
Yoghurt adalah bahan makanan
yang berasal dari susu sapi, yang merupakan hasil pemeraman susu dalam bentuk
mirip bubur atau es krim yang mempunyai rasa agak asam sebagai hasil fermentasi
oleh bakteri-bakteri tertentu. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman
beberapa abad yang lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami
menjadi masam pada suhu tinggi, mungkin sekitar 40-50 °C. Yoghurt lebih
mudah dicerna didalam perut dibandingkan susu biasa dan dapat digunakan untuk
pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka, kadar kolestrol
didalam darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi yoghurt, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (atherosklerosis).
Yoghurt sangat sesuai dikonsumsi oleh
penderita defisiensi enzim laktase dalam tubuhnya (Lactose intolerance),
dimana tubuh tidak mampu mengubah laktose menjadi glukosa dan galaktosa.
Kelainan ini mengakibatkan timbulnya sakit perut dan diare setelah mengkonsumsi
susu. Yoghurt mempunyai kandungan protein lebih daripada susu sapi, tetapi
mempunyai lemak yang lebih rendah (Saleh, 2004).
Pembuatan yoghurt dilakukan proses
fermentasi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcuc thermophilus. Streptococcus
thermophilus berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam
maupun CO2. Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut
kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus.
Aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi
peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Sreptococcus
thermophilus. Mikroorganisme ini sepenuhnya bertanggung jawab atas
pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003).
Bakteri yang digunakan dalam fermentasi
susu mempunyai beberapa peranan yang pada dasarnya adalah memproduksi asam
laktat, sekresi metabolit yang berhubungan dengan karakteristik flavour dari
produk fermentasi susu tertentu dan modifikasi substrat agar perubahan-perubahan
biokimiawi yang diinginkan dapat berlangsung. Seleksi bakteri yang sesuai untuk
suatu produk tertentu memegang peranan penting dan karakteristik mikroba yang
dipilih dapat digunakan sebagai parameter dalam proses fermentasi (Wijaningsih,
2008).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah
fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula
susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan cita rasa. Lactobacillus
bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus
thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt
yang baik mempunyai total asam laktat sekitar 0,85-0,95% (Surono, 2004).
Yoghurt dibedakan menjadi dua berdasarkan
cara pembuatan dan struktur fisiknya yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt.
Set yoghurt adalah yoghurt yang dihasilkan dari susu yang
diinkubasi pada wadah berukuran kecil dan menghasilkan gel dengan massa
setengah padat. Stirred yoghurt adalah yoghurt yang dihasilkan
dari susu yang diinkubasi pada wadah yang berukuran besar dan menghasilkan
struktur gel yang pecah pada akhir inkubasi. Flavornya yoghurt dibedakan
atas natural (plain) yoghurt, fruit yoghurt dan flavoured yoghurt.
Natural (plain) yoghurt adalah yoghurt tanpa penambahan gula maupun
flavor. Plain yoghurt rasanya sangat asam, sehingga tidak semua orang
menyukainya. Yoghurt ini biasanya digunakan sebagai bahan pencampur
salad. Fruit yoghurt adalah yoghurt yang dicampur dengan sari buah atau
buah yang dipotong kecil-kecil, seperti nanas, pepaya, pisang, mangga, dll.
Penambahan potongan buah (sebanyak 10%) ke dalam susu dapat dilakukan sebelum
atau sesudah inkubasi. Penambahan buah-buahan sebelum inkubasi akan menyebabkan
potongan buah tersebut tenggelam ke dasar yoghurt, sehingga mengganggu
tekstur yoghurt (Widodo, 2002).
Yogurt dapat
didefinisikan sebagai sejenis produk susu terkoagulasi, yang diperoleh dari
fermentasi asam laktat tertentu melalui aktivitas Streptococcus
salivarius var. thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii var.
Bulgaricus dimana mikroorganisme dalam produk aktif harus hidup-aktif dan
berlimpah (Codex Alimentarius, 1976).
Yoghurt
berasal susu yang kemudian ditambahkan dengan bakteri yang akan membentuk asam
laktat. Bakteri yang biasa digunakan dalam proses pembuatan yogurt adalah
bakteri Bifidobacterium sp., Lactobacillus sp. atau bakteri Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri-bakteri ini yang akan memicu
proses fermentasi dari susu, mengubah laktosa pada susu menjadi asam laktat
(Abdullah, 2012).
Streptococcus
thermophilus merupakan bakteri gram-positif yang bersifat anaerob.
Streptococcus thermophilus banyak digunakan pada pembuatan keju, fermentasi
makanan. Streptococcus thermophilus memiliki peran sebagai probiotik,
mengurangi gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal lainnya.
Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri yang membantu dalam proses fermentasi
yoghurt. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus
dapat mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa sehingga orang yang toleran
terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yogurt tanpa mendapat masalah kesehatan
(Rorooh, 2012).
Fermentasi
susu adalah salah satu bentuk pengolahan susu dengan melibatkan aktivitas satu
atau beberapa spesies mikroorganisme yang dikehendaki. Proses fermentasi
tersebut dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga lebih
mudah dicerna (Gianti dan Evanuarini, 2011).
Selama
proses fermentasi terbentuk asam laktat hasil metabolisme laktosa susu oleh
starter bakteri menjadi glukosa atau galaktosa-6- fosfat. Selanjutnya melalui
rantai glikolisis glukosa diubah menjadi asam laktat melalui siklus Kreb
(Helferich dan Westhoff, 1980).
Tingkat pertumbuhan
bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor
intern meliputi suhu optimum masing-masing jenis bakteri, sedangkan
faktor ekstern, meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tumbuhnya bakteri.
Proses pertumbuhan bakteri starter dalam pembuatan yogurt, diawali dengan
peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus thermophilus memproduksi asam laktat
pada pH rendah untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus, sehingga pada akhirnya pertumbuhan Streptococcus thermophilus berlangsung
lambat dan Lactobacillus bulgaricus memproduksi asam laktat yang menimbulkan penurunan
pH (Hamann dan Marth,1983).
Aroma
dan rasa yoghurt dipengaruhi oleh karena adanya senyawa tertentu dalam yoghurt
seperti senyawa asetaldehida, diasetil , asam asetat dan asam-asam lain yang
jumlahnya sangat sedikit . Senyawa ini dibentuk oleh bakteri Streptococcus
thermophillis dari laktosa susu, diproduksi juga oleh beberapa strain bakteri
Lactobacillus bulgaricus (Friend dkk, 1985).
Proses fermentasi yoghurt berlangsung melalui
penguraian protein susu. Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk
mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosa tersebut menjadi gula
sederhana yaitu glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim β-galaktosidase.
Proses fermentasi akhirnya akan mengubah glukosa menjadi produk akhir asam
laktat.
Laktosa → Glukosa+Galaktosa →Asam
piruvat → Asam laktat+CO2+H2O
Adanya asam
laktat memberikan rasa asam pada yoghurt. Hasil fermentasi susu ini merubah
tekstur susu menjadi kental. Hal ini dikarenakan protein susu terkoagulasi pada
suasana asam, sehingga terbentuk gumpalan. Proses ini memakan waktu 1-3 hari
yang merupakan waktu tumbuh kedua bakteri, dan bekerja menjadi 2 fasa, kental
dan bening encer dan rasanya asam (Krisna, 2011).
Umur simpan yoghurt sangat bergantung pada proses
produksi, kondisi suhu penyimpanan dan ada tidaknya kontaminasi. Pada yoghurt
yang tidak disterilisasi setelah fermentasi selesai, aktivitas bakteri starter
biasanya tetap berlangsung sehingga semakin lama rasa asam produk akan
meningkat dan selanjutnya juga terbentuk cita rasa pahit karena proses
proteolisis. Kontaminasi mikroba terutama kapang dan khamir buisa memperpendek
umur simpan. Untuk umur simpan yang lebih lama, dianjurkan untuk menyimpan
produk di suhu rendah (6ºC). idealnya, pada suhu rendah (4-6ºC), yoghurt bisa
disimpan selama 35-40 hari. Jika produk disterilisasi setelah proses
fermentasi, maka umur simpan akan lebih lama dan dapat disimpan di suhu ruang
(Syamsir, 2009).
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
a. Alat
-
Botol gelas
-
Aluminium Poil
-
Karet Gelang
b.
Bahan
-
Susu Murni
c.
Waktu Dan Tempat
-
Waktu : Selasa,16 Juni 2015, Pukul ;
08.00 – 10.00 WIB
-
Tempat : Laboratorium Universitas Kapuas
Sintang
d.
Cara kerja
-
Starter bubuk 20 gr di on kan dalam air
aquades
-
Di inkubasi dengan suhu 40o C
dalam 74 jam
-
Kemudian 150 ml disubkultur dalam 3000
ml susu cair
-
Selanjutnya di inkubasi dalam suhu 40o
C selama 6 jam, terus di bagi 50 ml/liter
-
Selanjutnya 50 ml starter di bagi atas 4
perlakuan yaitu ;
1. 25
ml starter dalam 500 ml susu cair
2. 12
ml starter dalam 500 ml susu cair
3. 6
ml starter dalam 500 ml susu cair
4. 3
ml starter dalam 500 ml susu cair
-
Di inkubasi dalam susu 40oC
selama 6 jam
-
Uji PH dan organ oleptik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil
-
Perlakuan 1 ( 25 ml starter )
Ø Tester
1 aroma yoghurt berbau asam, teksturnya agak cair, rasanya agak asam, dengan
kadar PH 3,05.
Ø Tester
2 aroma yoghurt berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya kental, rasanya
tidak terlalu asam, dengan kadar PH 3,05.
-
Perlakuan 2 ( 12 ml starter )
Ø Tester
1 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya
asam, dengan kadar PH 2,98.
Ø Tester
2 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya
asam pekat, dengan kadar PH 2,98.
-
Perlakuan 3 ( 6 ml starter )
Ø Tester
1 aromanya berbau susu, teksturnya agak kental tetapi lebih dominan cair,
rasanya asam sekali, dengan kadar PH 3.
Ø Tester
2 aromanya berbau asam, teksturnya cair, rasanya asam namun sedikit pekat,
dengan kadar PH 3.
-
Perlakuan 4 ( 3 ml starter )
Ø Tester
1 aromanya berbau susu, teksturnya kental namun agak cair, rasanya tidak
terlalu asam, dengan kadar PH 2,86.
Ø Tester
2 aromanya berbau susu namunn hampir basi, teksturnya cair, rasanya asam pekat,
dengan kadar PH 2,86.
b.
Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan proses pembuatan yoghurt. Bahan utama dari
yoghurt adalah susu segar. Susu yang digunakan kali ini bukanlah susu segar
langsung dari hasil perahan, tapi merupakan susu segar kemasan dari salah satu
merk terkemuka. Walaupun begitu, susu ini pun dapat digunakan karena merupakan
susu steril dan murni jadi tidak perlu lagi dilakukan proses pasteurisasi.
Adapun bibit (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus)
yang digunakan adalah bibit dari yoghurt yang telah jadi. Tapi yang digunakan
adalah dari golongan plain yoghurt, bukan dari golongan yoghurt yang telah
diberi rasa buah-buahan.
Adapun tahap-tahap dalam pembuatannya yaitu penyiapan, inkubasi, dan pengamatan.
Dimana Starter
bubuk 20 gr di on kan dalam air aquades dan inkubasi dengan suhu 40o
C dalam 74 jam Kemudian
150 ml disubkultur dalam 3000 ml susu cair Selanjutnya di inkubasi
dalam suhu 40o C selama 6 jam, terus di bagi 50 ml/liter, Selanjutnya
50 ml starter di bagi atas 4 perlakuan yaitu ; 25 ml starter dalam 500
ml susu cair, 12
ml starter dalam 500 ml susu cair, 6 ml starter
dalam 500 ml susu cair, 3 ml starter dalam 500 ml susu cair, yang
kemudian di inkubasi dalam susu 40oC selama 6 jam dan Uji
PH dan organ oleptik.
Dengan menghasilkan Perlakuan 1 ( 25 ml
starter ) dimana tester 1 aroma yoghurt berbau asam, teksturnya agak cair,
rasanya agak asam, dengan kadar PH 3,05. Sedangkan pada tester 2 aroma yoghurt
berbau susu dan berbau yoghurt, teksturnya kental, rasanya tidak terlalu asam,
dengan kadar PH 3,05. Untuk perlakuan 2 ( 12 ml starter ) dimana tester 1 aromanya berbau susu dan berbau yoghurt,
teksturnya cukup kental, rasanya asam, dengan kadar PH 2,98. Sedangkan tester 2 aromanya berbau
susu dan berbau yoghurt, teksturnya cukup kental, rasanya asam pekat, dengan
kadar PH 2,98. Untuk perlakuan 3 ( 6 ml starter ) tester 1 aromanya berbau susu,
teksturnya agak kental tetapi lebih dominan cair, rasanya asam sekali, dengan
kadar PH 3. Sedangkan tester 2
aromanya berbau asam, teksturnya cair, rasanya asam namun sedikit pekat, dengan
kadar PH 3. Unntuk perlakuan 4 ( 3
ml starter ) Tester 1 aromanya
berbau susu, teksturnya kental namun agak cair, rasanya tidak terlalu asam,
dengan kadar PH 2,86. Sedangkan tester
2 aromanya berbau susu namun hampir basi, teksturnya cair, rasanya asam pekat,
dengan kadar PH 2,86.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan
yoghurt kali ini bisa di katakakan berhasil.
Di mana bakteri bekerja sebagaimana mestinya
tanpa ada mikroorganisme lain yang mengganggunya. Menurut Krisna (2011), kedua
macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat
dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih
berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus
lebih berperan pada pembentukan cita rasa yoghurt.
Menurut Anonim (2007), bila dinilai
dari kandungan gizinya, yoghurt tidaklah kalah dengan susu pada umumnya.
Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan
yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
- Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi yoghurt.
- Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yoghurt mengandung bakteri lactobacillus. Lactobacillus berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging.
- Meningkatkan daya tahan tubuh kita karena yoghurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu kita.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Yoghurt adalah
minuman yang terbuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Berdasarkan hasil
praktikum uji organoleptik pada yoghurt hasil praktikum dan yoghurt kontrol
(komersial) banyak perbedaan dari segi rasa, warna, bau dan tekstur pada yoghurt
tersebut. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor salah satunya
adalah bahan-bahan penyusun dari pembuatan yoghurt tersebut dan cara
pembuatan dari yoghurt tersebut pada hasil praktikum pembuatan yoghurt
dilakukan dengan alat yang sederhana dan kurang steril sedangkan pada yoghurt
komersial pembuatan dilakukan sengan alat yang modern dan lebih steril.
DAFTAR
PUSTAKA
Ginting, N
dan Elsegustri Pasaribu. 2005. Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt
dari Berbagai Jenis Susu Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus Thermophilus. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan
Goff, D.
2003. Yoghurt, Diary Science, and Technology. University of
guelph. Canada
Widodo, W. 2002. Bioteknologi
Fermentasi Susu. Univesitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Kus Anna
(2011) Sifat Organoleptik Yoghurt
Shani (2010)
Pembuatan Yoghurt aneka rasa
Sudarmadji
dan K.R. Kuswanto, 1989 Proses Proses
Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, Universitas Gadja Mada Yogyakarta
Anonim, 2011. Youghrt. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Yoghurt-diakses-08-06-2014
Anonim. Pembuatan Yoghurt. 2011.
Campbell‚ Neil A dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Hartono dan Yusminah
Hala. 2012. Penuntun Praktikum Pengantar Bioteknologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM
Krisna‚ Agus. 2011. Pemanfaatan Mikroorganisme di Bidang
Pangan Berbasis Bioteknologi Konvensional.
Sunarlim,
R., H. Setiyanto, dan M. Poeloengan. 2007. Pengaruh kombinasi
starter bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus
thermophillus,
dan Lactobacillus plantarumterhadap sifat mutususu fermentasi. hlm.270
Surono,
I.S. and A. Hosono. 1995. Indigenous fermented foods in Indonesia.
Japanese J. Dairy Food Sci. 44: A91−A98.
Syahrir, I. H. 2002. Karateristik
fisik, kimia dan mikrobiologi dadih susu sapi dengan kombinasi starter Lactobacillus
plantarum,Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Taufik,
E.2004. Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Berbagai Starter
Bakteri Probiotik yang Disimpan pada Suhu Rendah: Karakteristik Kimiawi. Media
Peternakan,
Vol 27 hlm. 88-100
Bottazi, V. 1983. Other fermented
dairy product. In: Biotechnology, Food and
Feed
Production with Microorganism, Vol. 5. Verlag Chemie, Florida.
Rochintaniawati,Diana.2010PembuatanYoghurt.(Online)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHINTANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/PEMBUATAN_YOGHURT.pdf
Diacces tanggal 15 agustus 2011
Anonim A,
2012, Manfaat Yoghurt. http://www.enformasi.com/
manfaat yoghurt/ diakses tanggal 25 mei 2012.
Anonim B,
2012.Manfaat Yoghurt Bagi Kesehatan. http://health.detik.com/read/2011/12/09/170159/1787443/766/manfaat-yoghurt-untuk-kesehatan.
Dewipadma,
J.K. 1978. Pekerjaan Laboratorium
Mikrobiologi Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. htstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Frazier, W.C
. and D. Westhoff. 1978. Food Agrobiology.
Third Edition. McGraw-Hill Book Company. New York
Standarisasi
Nasional Indonesia. 1992. Standar Nasional Indonesia, Dewan Standar Nasional.
Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Sumardikan, Hari, 2007, Penggunaan Carboxymethylcellulose (CMC) Terhadap pH, Keasaman,
Viskositas, Sineresis dan Mutu Organoleptik Yoghurt Set, Teknologi Hasil
Ternak, Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar