BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dekade terakhir perhatian dan penelitian dalam
bidang sel mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini terkait dengan upaya
manusia untuk mengetahui dan mengobati penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi
baik secara konservatif maupun operatif khususnya penyakit degeneratif maupun
kelainan lainnya seperti trauma, keganasan dan sebagainya.
Para ahli telah
mulai meneliti kemungkinan penggunaan sel induk (stem cell) untuk mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan
yang tak mungkin lagi untuk diobati dengan obat-obatan atau tindakan operatif.
Sel induk (stem cell) adalah sumber dari semua sel dalam individu dan ini
merupakan sebuah sumber bagi pengobatan sel yang sekarang ini merupakan sebuah
jalan revolusi untuk mengatasi berbagai penyakit yang mematikan. Stem cell atau sel induk adalah sekelompok sel di dalam tubuh mahluk dengan
kemampuan regenerasi, yang dapat mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi
sel-sel lain (sel-sel pembangun organ maupun sel-sel darah) misalnya sel saraf,
sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas.
Teknologi
stem cell kini semakin menjadi trend yang dianggap bisa membantu
pengobatan dalam bidang medis. Di Indonesia pengembangan terapi stem cell diarahkan kepada penyakit
degeneratif dan keturunan yang banyak terdapat di masyarakat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi disegala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat,
peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Teknologi stem cell perlu dikembangkan sebagai
alternatif terapi penyakit untuk kepentingan pasien dan terjangkau masyarakat.
sel induk memiliki potensi yang besar dalam dunia kedokteran untuk dimanfaatkan
sebagai terapi sel bagi berbagai penyakit degeneratif dan kanker yang sulit
disembuhkan,di antaranya diabetes, infark jantung, stroke, parkinson, dan
sebagainya.
Di tingkat dunia saat ini sel induk merupakan salah satu fokus
utama dalam penelitian bioteknologi, khususnya
dalam kaitannya dengan terapi sel serta pengobatan regeneratif. Dunia sekarang
sedang mengalami pergeseran paradigma dalam hal pengobatan, dari obat-obatan kimia
konvensional menuju ke arah terapi yang lebih molekuler, perubahan ini telah
membuka pintu harapan untuk menyembuhkan bermacam penyakit yang sebelumnya tidak
dapat disembuhkan.
Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang
penelitian dan aplikasinya diklinik dalam rangka mengobati penyakit tidak
terlepas dari masalah etik yang mungkin membayanginya, khususnya penggunaan dan
pemanfaatan sel punca yang berasal dari embrio (embryonic stem cells). Meskipun demikian stem cell ini tetap merupakan satu fenomena menarik dan merupakan
hal baru dalam dunia IPTEK. Stem cell
merupakan hal yang baru dipublikasikan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyrakat. Walaupun masih tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini merupakan sebuah harapan
baru dalam bidang pengobatan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah
yang dimaksud dengan sel induk (stem cell)?
2. Bagaimanakah
penggolongan sel induk (stem cell)?
3. Bagaimanakah
cara kerja sel induk (stem cell)?
4. Bagaimanakah
penggunaan kultur sel induk (stem cell)
dalam bidang bioteknologi?
5. Apa
sajakah kelebihan dan kekurangan penggunaan sel induk (stem cell)?
C.
Tujuan
Dengan
mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui pengertian sel induk (stem cell).
2. Untuk
mengetahui penggolongan sel induk (stem
cell).
3. Untuk
mengetahui cara kerja
sel induk (stem cell).
4. Untuk
mengetahui penggunaan kultur sel induk (stem
cell) dalam bidang bioteknologi.
5. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan sel induk (stem cell).
D.
Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagi Pemerintah
·
Pemerintah
dapat menciptakan teknologi baru yang menggunakan stem cell untuk mengobati penyakit-penyakit khususnya penyakit
degeneratif maupun kelainan lainnya seperti trauma dan keganasan.
·
Dapat
ditemukan dan dikembangkannya obatobat baru untuk penyembuhan penyakit-penyakit
yang degeneratif.
2.
Bagi Masyarakat
·
Dapat membuka wawasan
masyarakat tentang keberadaan stem cell.
·
Dapat memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai manfaat yang diperoleh dalam penerapan
teknologi stem cell terutama bagi kesehatan masyarakat.
3.
Bagi Penulis
·
Dapat menambah
pengetahuan penulis mengenai stem cell.
·
Dapat meningkatkan
pemahaman penulis mengenai pemanfaatan stem
cell dalam bidang bioteknologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Definisi
Stem Cell
Stem cell diperkenalkan
sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum dapat berkembang dan membentuk
jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel punca, sel induk, sel batang (bahasa
Inggris: stem
cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk
berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh.
Proses perubahan stem cell menjadi tipe sel yang spesifik dikenal sebagai
“differentation”.
Selain berfungsi untuk
membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, stem cell juga berfungsi
sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi
kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang
baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi stem cell
atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel
darah merah atau sel otak.
Gambar 1.
Sifat/karakter sel punca yaitu differentiate dan self regenerate/renew
Sel Punca
mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:
1.
Differentiate yaitu
kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu berkembang
menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot
jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2.
Self
regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk
memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat
salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
b. Penggolongan Stem Cell
Berdasarkan
pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan menjadi:
1. Totipoten yaitu
sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk
dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel
embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel
termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca
kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.
2. Pluripoten
yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca
pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic
stem cells).
3.
Multipoten yaitu sel punca yang dapat
berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic
stem cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah
seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf
(neural stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf
dan sel glia.
4.
Unipotent yaitu sel punca yang hanya
dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel
punca mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau meregenerasi diri
(self-regenerate/self renew). Contohnya erythroid
progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.
Gambar. Multipotent dan unipotent stem
cell pada sumsum tulang
Berdasarkan sel
induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, maka sel induk dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1.
Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari embrio pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari embrio pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
2. Sel
induk dewasa (adult stem cells)
adalah sel induk dewasa yang mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama
adalah sel-sel tersebut dapat berfroliferasi untuk periode yang panjang untuk
memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi
untu menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan
fungsi yang spesial. Salah satu macam
sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietik stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang
mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keeping darah yang sehat.
Sumber sel induk hematopoietik dapat ditransplantasikan dari beberapa organ
seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar.
-
Transplantasi sel induk
dari sumsum tulang (bone marrow
transplantation). Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam
tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan
tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk
hematopoietik.
Sejak dilakukan pertama
kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan
sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia
aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka
pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada
transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam
keadaan teranastesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul
donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu
disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di
dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada akhirnya, jika
semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan
sumsum tulang yang baru.
Namun,
prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih
resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang
yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel
darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi.
Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
-
Transplantasi sel induk
darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation) seperti halnya sumsum
tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel
induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah
sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada
donor diberikan granulosyte coloni
stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik
bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan
dengan proses yang disebut aferesis.
Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah
lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi
komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sek induk dan mengembalikan
sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil
dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah
lebih mudah didapat. Selain itu pengambilan sel induk darah tepi tidak
menyakitkan dan hanya membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel induk
darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentang tidak
setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel
induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu,
transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.
-
Transplantasi sel induk
darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan bahwa darah
plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan
dalam sumsum tulang.
Karena sel induk dalam
sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit
kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan
sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat
menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien
mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk yang bermakna dan memiliki
keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah
tepi bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat
telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat
menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali
dilakukan di Prancis pada penderita anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991,
darah tali pusat di transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous
Leukimia. Kedua trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah
dilakukan kira-kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.
c.
Cara kerja stem cell
-
Mencari sel-sel
punca terbaik pada tubuh manusia
-
Sel-sel punca ini
dapat ditemukan dilapisan lemak dalam tubuh
-
Menggunakan jarum
suntik yang steril dan khusus
-
Kemudian dokter
mengambil sample pencampuran antara jaringan lemak dan sekelompok sel punca
yang sehat
-
Teknisi
laboratorium kemudian memisahkan sel punca dengan sel lemak dengan metode
pemisahan sentrifugal
-
Kemudian sel punca
ditempatkan pada cawan petri yang diberikan makanan untuk pertumbuhan
-
Seiring pertumbuhannya,sel-sel
ini bertambah banyak dengan cepat
-
Mengisi celah dan
lubang yang ada sama seperti cara tubuh menyembuhkan luka
-
Padaa fase ini sel
punca menghasilkan senyawa kimia yang disebut faktor pertumbuhan
-
Faktor pertumbuhan
adalah bahasa sel inilah cara ribuan sel berkomunikasi, memungkinkan
masing-masing untuk melakukan sebuah fungsi vital
-
Memperbaiki dan
memperbahrui jaringan tubuh
d.
Penggunaan
Kultur Stem Cell dalam Bidang
Bioteknologi
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan
baik dalam bidang riset maupun pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:
Ø Pemanfaatan Stem Cell Dalam
Riset
1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai
alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak
jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu
dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing,
maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu
hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi
bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam
sel.
a)
Mengetahui
proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem
cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
b)
Penemuan
dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai
jaringan.
c)
Terapi sel
(cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri.
Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk
menangani penyakit-penyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat
diatasi oleh stem cell:
a.
Penyakit autoimun.
Misalnya
pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh
growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang
ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk
dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi
radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigen
(dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell
dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk
berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali
seperti semula.
b.
Penyakit degeneratif.
Pada
penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer,
terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell
setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell
tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan
sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c.
Penyakit keganasan.
Prinsip
terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic
stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah
lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada
beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based
therapy:
1. Stem cell tersebut
dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat bersifat
autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi
organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem
cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat
diperoleh sel dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka
bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka
bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi
lagi melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
4. bermigrasi ke jaringan target dan dapat
berintegrasi ke dalam jaringan serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
Ø Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit
Para ahli saat ini sedang giat
melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem cell dalam mengobati
berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk mengobati penyakit dikenal
sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah
dengan melakukan transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari
transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.
a.
Mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ tubuh pasien.
b.
Menggantikan sel-sel spesifik yang
rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang
ditranspalantasikan.
Sel induk embrio
(Embryonic stem cell) sangat plastik dan
mempunyai kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel
seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan
sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel
induk dewasa (adult stem cells) juga dapat
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan
plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa
yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
1.
Penggunaan sel punca embrionik
untuk mengobati cidera pada medula spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi
menyebabkan hilangnya fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi
yang hilang dengan cara melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca
embrionik tikus dapat menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat
menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
2. Penggunaan sel
punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim (mesenchymal stem cell) dari sumsum
tulang autolog. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah
disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah otak yang
rusak. Pemberian MSC intravenous akan
mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah
terjadinya stroke.
ü Penggunaan sel
punca
dalam pengobatan diabetes
Pada
diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin.
Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8%
transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James
Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau
Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan
yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin
lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi.
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber
stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih
dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam
produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
ü Penggunaan sel
punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat membuat epidermis dari
keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini
memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah
penolakan. Pemakaian skin replacement
ini bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
ü Penggunaan sel
punca
dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron
nigra-striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan
neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan
dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian
dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung
neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak
penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission
Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji
standar untuk menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin
yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada penderita
yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi
ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
ü Penggunaan sel
punca
dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS menyerang
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap gangguan virus
atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami degradasi akan
tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur pulih. Namun
setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel darah menjadi resisten
terhadap virus HIV.
Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5,
yang secara normal ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan
tubuh yang diserang oleh virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal
sebagai CCR5 delta 32, dan ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di
Eropa.
Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem
kekebalan tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak
lagi mampu menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang
mengalami mutasi gen.
e. Kelebihan dan Kekurangan
Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)
Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain:
1.
Penggunaan
sel induk embrionik (embryonic stem cell)
pada terapi sel.
·
Kelebihan
penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat membentuk
selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak
diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
·
Kekurangan
penggunaan sel induk embrionik adalah:
1. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel
yang tidak berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari
pendonor yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga berpotensi
menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
3. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi
kontroversi dalam penggunaan stem
cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio). Pengklonan embrio manusia
untuk memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena pengklonan
manusia tersebut ditentang oleh semua agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan
bahwa embrio berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat
diterima. Selain itu status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan
sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau
sebagai jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.
2.
Penggunaan
sel induk dewasa (adult stem cell)
·
Kelebihan
penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi
lebih sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem
etika.
·
Kekurangan
dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah
kecil di 12 tempat yang berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina,
jantung, lemak, kulit, daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang,
otot tengkorak, dan usus). sehingga sulit mendapatkan
sel induk dewasa dalam jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat
berdiferensiasi menjadi lebih dari satu macam sel sehingga
differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang bersifat pluripotent.
3.
Penggunaan
sel induk dari darah tali pusat.
·
Kelebihan
penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk
yang berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
·
Kekurangan
penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit
genetik yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian
antara jumlah sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia
dari donor.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil
beberapa simpulan yaitu sebagai berikut.
1.
Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik
yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
2.
Berdasarkan pada kemampuannya
untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan menjadi: totipoten,
pluripoten, multipoten, unipotent. Sedangkan berdasarkan
sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, sel induk dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Sel induk embrio (embryonal stem cell) dan Sel induk dewasa (adult stem cells).
3.
Pemanfaatan stem cell
dalam bioteknologi yakni digunakan dalam riset dan dalam pengobatan penyakit.
Pemanfaatan stem cell dalam riset adalah untuk terapi gen, engetahui proses biologis, yaitu
perkembangan organisme dan perkembangan kanker, penemuan dan pengembangan obat
baru dan terapi sel (cell based therapy).
Sedangkan penggunaan stem cell dalam pengobatan penyakit, yaitu untuk mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ
tubuh pasien dan untuk menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit
atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
4.
Dalam penggunaan stem cell tentu saja terdapat kelebihan dan kekurangan, secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut. Keuntungannya yaitu stem cell mudah didapatkan, stem
cell mempunyai kemampuan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel. Sedangkan kekurangannya adalah
adanya kemungkinan terkena penyakit
genetik pada sel induk tali pusat, secara kode etik penggunaan stem cell masih kontroversial khususnya
dalam penggunaan sel induk embrionik.
Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Dalam pengklonan
embrio manusia untuk memperoleh stem cell diharapakan sesuai dengan kode etik / bioetika yang
berlaku sehingga tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat.
2. Pemerintah
diharapakan selalu mengawasi dan memberi sanksi yang tegas kepada peneliti yang
tidak bertanggung jawab dan menyalah gunakan stem cell tersebut. Sehingga nantinya
penellitian stem cell ini dapat digunakan sesuai keperluannya dan secara moral
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Masyarakat
diharapkan tidak membesar-besarkan isu terkait stem cell yang dipandang
melanggar HAM, masyarakat harus bias selektif
dan melihat sisi positif dengan adanya penelitian ini.
Daftar Pustaka
Brooks,
Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran
Edisi 20. Jakarta.EGC
Campbell,
Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The
McGraw-Hill Companies
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue
of The Americans: Mc Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006.
Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik
pada Berbagai Penyakit Degeneratif.
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar