Kamis, 03 Desember 2015

tumbuhan paku



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268 juta tahun lalu, merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat yang telah memilki akar, batang, dan daun sesungguhnya. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kelompok Cormophyta berspora. Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
2.      Apa saja ciri-ciri Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
3.      Bagaimana daur hidup dari Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
4.      Apa manfaat dari Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Tumbuhan paku (Pteridophyta).
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari Tumbuhan paku (Pteridophyta).
3.      Untuk mengetahui daur hidup dari Tumbuhan paku (Pteridophyta).
4.      Untuk mengetahui manfaat dari Tumbuhan paku (Pteridophyta).
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk protalium melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268 juta tahun lalu, merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat yang sudah sempurna.

B.     Reproduksi dan Daur Hidup Tumbuhan Paku
Karakter khas pada Pteridophyta ( tumbuhan paku) Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase sporofit yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual.
Spora yang jatuh ditempat lembab akan tumbuh menjadi protalium atau prothallus yang merupakan fase gametofit yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau Fase gametofitnya lebih pendek daripada fase sporofitnya. Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase , yaitu fase gametofit dan fase sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora.
SPOROFIT1gambar 1.1 sporofit
Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), Prothallium berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya) tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.

Dari prothallium tumbuh anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
GAMETOFIT1gambar 1.2 gametofit
Tumbuhan paku berupa tumbuhan yang dewasa yang berakar, berbatang dan berdaun.
Daun yang muda menggulung. Daunnya ada yang berukaran besar (makrofil) maupun kecil ( mikrofil ) dan ditemukan pula daun sporofil ( daun penghasil spora) dan Tropofil( daun untuk fotosintesis yang sering pula disebut daun steril.


daun paku
Gambar 1.3 daun paku

Daun sporofil dibagian permukaan bawahnya terdapat sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian bawahnya tidak rata. Karena sering dijumpai dialam tentu ia lebih lama hidupnya maka pada paku Fase sporofit lebih dominan / lebih lama hidupnya dibandingkan dengan fase gametofitnya yang berupa fase gametofit.
Tumbuhan paku juga berepsoduksi secara vegetative dengan rizom. Rizom tumbuh menjalar ke segala arah membentuk koloni-koloni tumbuhan paku. Rizom adalah  batang yang tumbuh di dalam tanah.
rizom
Gambar 1.4 rizom
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan tumbuhan paku dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Tumbuhan paku homospora
Tumbuhan paku homospora hanya memproduksi satu macam ukuran spora. Sering pula disebut tumbuhan paku berumah satu, contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat). Tumbuhan ini batangnya seperti kawat , hidup memanjat pada tumbuhan lain . Tumbuhan paku homospora memiliki metagenesis sebagai berikut.
metagenesis homospora
Gambar 1.5 metagenesis homospora

2.      Tumbuhan Paku Heterospora
Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran kecil dan berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan berkelamin betina disebut makrospora. Mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium Sedangkan makrospora akan tumbuh menjadi makroprotalium. Mikroprotalium membentuk mikrogametofot yang akan menghasilkan anteredium, sednagkan makroprotalium membentuk arkegonium. Anteredium menghasilkan sperma dan arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara sperma dan ovum menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan menghasilkan spora.
metagenesis heterosora
Gambar 1.6 metagenesis heterospora
3.      Tumbuhan Paku Peralihan dari Homospora ke Heterospora
Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi dapat dibedakan  antara spora jantan (spora +) dengan spora betina (spora -). Contohnya paku ekor kuda (Equisetum debile)
paku peralihan
Gambar 1.7 paku peralihan

C.    Klasifikasi, Struktur dan Peranan Tumbuhan Paku

Masyarakat juga mengenal tumbuhan paku dengan istilah pakis. Kajian evolusi menyatakan bahwa tumbuhan vaskuler berspora (tumbuhan paku) diperkirakan sudah ada dan mendominasi hutan selama masa Karboniferus; sekitar 360 juta tahun silam.
Ciri-Ciri Tumbuhan paku Pteridophyta adalah sebagai berikut:
PAKUPAKU
Gambar 1.8 tumbuhan paku
1.      Tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
2.      Secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xylem dan floem
3.      Terdapat dua fase generasi, yaitu sporofit (menghasilkan spora) dan gametofit (menghasilkan sel kela-min).
4.      Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun tropofil (untuk fotosintesis) dan daun sporofil (penghasil spora).
5.      Berdasarkan bentuknya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun mikofil (daun kecil) dan daun makrofil (daun besar)
6.      Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
7.      Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
8.      Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
9.      Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
10.  Memiliki klorofil sehingga termasuk tumbuhan fotoautotrof.

1)      Klasifikasi Tumbuhan Paku
Dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, tumbuhan paku temasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodiinae, dan Filicinae.
a)      Psilophytinae
psilotum nudum
Gambar 1.9 psilotum nudum
Merupakan paku purba. Disebut juga paku telanjang karena tidak berdaun atau daunnya kecil (mikrofil), ada pula yang tidak berakar sejati. Kebanyakan sudah punah dan dapat ditemukan dalam bentuk fosil. Satu jenis yang masih ditemukan sampai sekarang adalah Psilotum nudum.
a.       Ordo Psilophytales (paku telanjang)
Berupa terna, belum memiliki akar (hanya rizoid), tidak berdaun atau berdaun kecil-kecil (mikrofil), batang telah memiliki pembuluh.
Famili              : Rhyniaceae
Spesies            : Rhynia major, Zosterophylum australianum
b.      Ordo Psilotales
Berupa terna kecil, rendah, belum memiliki akar (hanya rizoid), bercabang menggarpu, mikrofil seperti sisik-sisik pada batang. Protalium telah ada, hanya berukuran beberapa sentimeter saja.
Familia            : Psilotaceae
Spesies            : Psilotum nudum, terdapat di Jawa.
  Psilotum triquetrum, terdapat di daerah tropik.
b.      Equisetinae
Equisetum
Gambar 1.10 Equisetum
Berupa rerumputan dengan batang beruas, sporangium terdapat dalam strobilus berbentuk gada. Daun kecil, tunggal, dan tersusun melingkar. Contohnya Equisetum dan Calamites. Equisetum (paku ekor kuda) tumbuh di dataran tinggi. Batangnya seperti rebung asparagus atau mirip daun cemara. Batangnya berongga, berbuku-buku, dan tumbuh tegak. Daun terdapat pada setiap buku, melingkar, berbentuk sisik, dan kecil (berupa mikrofil).
c.       Lycopodiinae
Selaginella,
Gambar 1.11 Selaginella
Berupa rerumputan, pangkal batang tidak memiliki pendukung akar, sporofil berbentuk ginjal dengan ujung yang meruncing panjang dan tepi bergerigi. Daunnya kecil (mikrofil) dan tersusun spiral. Batangnya seperti kawat. Contohnya Lycopodium, Selaginella, dan Isoetes. Selaginella banyak ditanam di pot atau taman.
Terdiri atas 4 ordo, yakni ordo Lycopodiales, Selaginellales, Lepidodendrales, dan Isoetales.
a.       Ordo Lycopodiales
Berupa terna, batang memiliki berkas pengangkut sederhana. Daun seperti jarum dianggap homolog dengan mikrofil dengan satu tulang daun tidak bercabang. Akar bercabang menggarpu, sporofil berbentuk segitiga sama sisi.
Familia             : Lycopodiaceae
Spesies             : Lycopodium cernuum,x
  sering dipakai dalam pembuatan karangan bunga.
Lycopodium clavatum, serbuk spora sebagai pelapis pil agar tidak lengket.

b.      Ordo Selaginellales
Sebagian berbatang tegak, tapi juga ada yang batang mendatar, tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Daun ada dua macam, mikrofil dan makrofil, belum mengalami diferensiasi membentuk jaringan pagar dan jaringan spons. Akar tumbuh dari bagian batang yang tidak berdaun. Bersifat heterospor, protalium telah mereduksi, berukuran sangat kecil.
Contoh spesies: Selaginella wildenowii, Selaginella caudate, Selaginella Plana.

c.       Ordo Lepidodendrales
Paku yang tergolong ordo Lepidodendrales sekarang telah punah. Ordo Lepidodendrales berbentuk pohon yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan diameter batang 2 m. Daun menyerupai jarum, mempunyai lidah-lidah. Dalam daun terdapat berkas pengangkut yang sederhana. Batang telah memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder dan terdapat meristem.
Ordo ini terdiri atas dua famili, yaitu:
Famili              : Sigillariaceae
Spesies             : Silillaria elegans Gigillaria micaudi
Famili              : Lepidodendraceae
Spesies             : Lepidodendron visculare,
  Lepidodenstron aculeatum, Lepidaostrobus major





d.      Ordo Isoetales
Ordo Isoetales berupa terna, sebagian hidup pada tanah, sebagian hidup tenggelam dalam air. Batang seperti umbi, jarang sekali bercabang menggarpu. Pada bagian atas batang terdapat daun-daun yang berujung lancip yang panjangnya mencapai 1 cm. Daun-daun kebanyakan sporofil dengan satu sporangium. Hanya daun yang letaknya paling dalam yang steril. Daun yang letaknya lebih dalam merupakan mikrosporofil.
Isoctales terdiri atas satu famili, yaitu:
Famili              : Isoctaceae
Spesies             : Isoctes lacustris, Isoctes duvieri
d.      Filicinae
Alsophila glauca
Gambar 1.12 Alsophila glauca
Merupakan tumbuhan paku yang sering dilihat di sekitar kita, yang umum disebut pakis. Berdaun besar (makrofil), daun muda menggulung, memilki tulang daun, sudah memiliki mesofil (daging daun), dan sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Contohnya paku tiang (Alsophila glauca) yang tumbuh di daerah pegunungan, berbentuk seperti pohon palem, batangnya berwarna hitam. Contoh lain adalah suplir (Adiantum cuneatum) untuk tanaman hias dan semanggi (Marsilea crenata) yang hidup di tanah berair.
Kelas Filicinae meliputi tiga subkelas, yaitu Eusporangiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropterides.
a.      Subkelas Eusporangiatae
Kebanyakan berupa terna, protalium di bawah tanah tidak berwarna, atau di atas tanah berwarna hijau. Protalium selalu ditumbuhi cendawan endofitik. Sporangium berdinding tebal dan kuat dengan spora-spora yang sama besar.
Subkelas Eusporangiatae terdiri dua ordo, yaitu Ophioglossales dan Marattiales.
§  Ordo Ophioglossales
Meliputi tumbuhan paku berbatang pendek dalam tanah. Daun asimilasi dan daun sporofil jelas kelihatan, berbentuk malai atau bulir keluar dari tangkai, dari pangkal, dari tengah, atau dari tepi daun steril. Sporangium sama besar (homospor), bulat, tanpa annulus, berdinding kuat. Dalam mendapatkan makanan Ophioglossales bersimbiosis dengan mikoriza. Dari familia Ophioglossaceae contohnya Ophioglossum vulgatum, Botrycium lunaria, terdapat di Eropa Ophioglossum reticulum, terdapat di Indonesia.

§  Ordo Maratttiales
Tumbuhan paku kelompok ini berdaun amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium berdinding tebal, tanpa annulus, terdapat di sisi bawah daun, umumnya homospor. Sporangium berlekatan membentuk sinangium. Ordo ini hanya memiliki satu famili, yaitu Marattiaceae.
Contoh spesies: Christensenia aesculifolia, daun menjari, beranak daun 3, sinangium berbentuk cincin pada sisi bawah daun. Marattia fraxinea, daun dengan panjang sampai 2 meter, menyirip ganda, pada pangkal tangkai terdapat duri yang merupakan modifikasi daun penumpu. Angiopteris evecta (paku kedondong), paku besar, daun panjangnya mencapai 2-5 meter, menyirip ganda 2-4, anak daun menyerupai daun kedondong.

b.      Subkelas Leptosporangiatae
Tumbuhan paku subkelas ini beranggotakan sekitar 90% dari total genus dalam kelas Filicinae, yang tersebar di seluruh muka bumi. Paling banyak terdapat di daerah tropis, mulai jenis paku terkecil (berukuran beberapa cm) sampai paku pohon. Yang berupa paku pohon, biasanya batang tanpa kambium, kekuatan batang berasal dari rangkaian berkas pengangkut yang tersusun konsentris. Kebanyakan berupa terna dengan rimpang tumbuh mendatar atau sedikit tegak, jarang bercabang. Daun muda selalu menggulung karena pertumbuhan sel-sel pada sisi bawah daun yang lebih cepat.
Pertumbuhan apikal hampir tidak terbatas, anatomi daun telah menyerupai Spermatophyta dengan diferensiasi, adanya diferensiasi membentuk jaringan tiang dan jaringan bunga karang. Tulang daun bercabang-cabang dengan berbagai macam pola sebagai salah satu dasar klasifikasi. Kadang-kadang sebagian daun tertutup oleh semacam sisik yang dinamakan palea. Umumnya sporofil mempunyai bentuk yang sama dengan trofofil, sporangium terdapat di sisi bawah daun.
Sporangium terkumpul menjadi sorus yang bentuknya bermacam-macam. Sporangium muncul dari penonjolan jaringan daun yang dinamakan plasenta atau reseptakulum. Sebelum masak, sorus tertutup oleh selaput yang dinamakan indusium. Sistem pertulangan daun, susunan sporangium, bentuk dan letak sorus, ada tidaknya indusium merupakan ciri pengenal yang penting dan dipakai sebagai dasar klasifikasi. Semua paku Leposporangiatae bersifat homospor. Protalium berukuran beberapa sentimeter saja dengan umur terbatas.
Subkelas Leptosporangiatae terdiri dari beberapa famili, di antaranya:
Osmundaceae, contohnya yaitu Osmunda javanica, terdapat di Indonesia.
Schizaeaceae, contohnya yaitu Schizaea digitata, Schizaea dichotoma, terdapat di Indonesia.
Contoh lain Lygodium circinnatum, batang membelit, daun amat panjang, tersusun menyirip.
Gleicheniaceae, contoh spesiesnya yaitu
Gleichenia linearis, Gleichenia leaevigata (paku andam, paku resam)
Matoniaceae, contohnya Matonia pectinata, tumbuh di Kalimantan.
Hymenophyllaceae, contohnya yaitu Hymenophyllum australe, hidup di tanah atau epifit.
Cyatheaceae, contohnya Cyathea javanica, Alsophila glauca (paku tiang), hidup di hutan-hutan atau di pinggir kali.
Polypodiaceae, contoh spesies Davallia trichomanoides, Nephrolepis exaltata, Aspidium filix-mas, memiliki rimpang yang dapat dipakai untuk obat (Aspidium), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pteris ensiformis, merupakan paku tanah, Adiantum cuneatum (suplir), sebagai tanaman hias, Drymoglossum heterophyllum, Drymoglossum piloselloides (paku picis), epifit pada pepohonan, Playtcerium bifurcatum (paku tanduk rusa), sebagai tanaman hias, Acrosticum aureum (paku laut).



c.       Subkelas Hydropterides
Subkelas ini beranggotakan tumbuhan paku yang hidup di air. Umumnya heterospor, menghasilkan makrospora dan mikrospora. Badan yang mengandung sporangium dinamakan sporokarpium.
Hydropterides meliputi dua ordo, yaitu ordo Salviniaceae dan Marsileaceae.
§  Ordo Salviniaceae, contoh spesies:
– Salvinia natans, paku air yang mengapung, terdapat di Asia dan Eropa
– Azolla pinnata, tumbuhan kecil, lunak, bercabang-cabang, terapung di air. Daun yang terapung berfungsi untuk asimilasi, di dalamnya terdapat ruangan-ruangan berisi koloni Anabaena azollae, sejenis alga biru yang dapat mengikat nitrogen udara.

Suku Marsileaceae, contoh spesies:
– Marsilea crenata (semanggi), hidup di air, berakar dalam tanah, batang merayap, daun bertangkai panjang dengan empat helai anak daun, dimanfaatkan sebagai sayuran.
2)      Struktur Tubuh Paku
1.      Sporofit
sporofit
Gambar 1.13 sporofit
Sporofit memiliki bagian-bagian tubuh, yaitu akar, batang, dan daun. Rizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar. Sel-sel penyusun batang dan daun memiliki klorofil sehingga tampak berwarna hijau. Batang tumbuhan paku bercabang-cabang dan ada yang berkayu. Ada juga batang yang memiliki rambut-rambut halus (berbulu). Tumbuhan paku memiliki batang yang tumbuh di bawah permukaan tanah (rizom). Tumbuhan paku memiliki susunan pembuluh angkut bertipe radial, bila xilem dan floem tersusun menjari, misalnya pada Lycopodium. Berkas pembuluh bertipe konsentris bila xilem terletak di tengah dan dikelilingi oleh floem, misalnya pada Selaginella. Pembuluh xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar ke daun, sedangkan pembuluh floem berfungsi mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh.
Tumbuhan paku pada umumnya berdaun, dan daunnya memiliki urat-urat daun. Daun tumbuhan paku ada yang berukuran besar, disebut makrofil. Ada pula daun yang berukuran kecil, disebut mikrofil. Mikrofil berbentuk sisik, misalnya pada Equisetum (paku ekor kuda). Tumbuhan paku yang tidak berdaun disebut paku telanjang, misalnya Psilotum. Daun tumbuhan paku muda yang menggulung disebut fiddlehead (circinnate, sirsinat). Gulungan akan terbuka ketika daun muda tumbuh menjadi daun dewasa.
Daun dewasa dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut.
1.      Tropofil, adalah daun yang berfungsi khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.
2.      Sporofil, adalah daun yang menghasilkan spora.
Berdasarkan ukuran dan bentuk daunnya, tumbuhan paku dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Paku heterofil, memiliki dua macam daun yang berbeda ukuran dan bentuknya. Contohnya paku sisik naga Drymoglossum yang memiliki sporofil dengan ukuran lebih panjang daripada tropofil.
2.      Paku homofil, memiliki daun dengan ukuran dan bentuk yang sama. Contohnya Adiantum cunninghamii (suplir) dan Nephrolepis.
Spora dihasilkan di dalam sporangium (kotak spora). Sporangium pada tumbuhan paku terkumpul dalam bentuk berikut.
1.      Sorus. Sporangium berada di dalam kotak terbuka atau tertutup oleh indusium. Di dalam sporangium terdapat anulus, yaitu sejumlah sel penutup yang berdinding tebal dan membentuk cincin. Bila sporangium kering, anulus akan membuka dan menyebarkan spora. Sorus terdapat di permukaan bawah daun dengan susunan yang beraneka ragam, antara lain sejajar tulang daun, berjajar di tepi daun, tersebar berbentuk noktah, dan zig-zag. Contohnya Nephrolepis dan Adiantum.
2.      Strobilus. Sporangium membentuk suatu bangun kerucut bersama sporofil. Contohnya Lycopodium dan Selaginella.
3.      Sporokarp. Sporangium dibungkus oleh daun buah (karpelum). Contohnya Salvinia, Marsilea, Azolla, dan paku air lainnya.
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Paku homospora atau isospora; menghasilkan satu jenis spora dengan bentuk dan ukuran yang sama. Paku homospora disebut juga berumah satu karena sporanya akan tumbuh menjadi protalium pembentuk anteridium maupun arkegonium. Contohnya Lycopodium, Nephrolepis, Drymoglossum, dan Dryopteris filix-mas.
2.      Paku heterospora atau anisospora; menghasilkan dua jenis spora dengan ukuran yang berbeda. Spora yang berukuran besar (makrospora atau megaspora) berkelamin betina yang akan tumbuh menjadi makroprotalium atau megaprotalium pembentuk arkegonium. Spora yang berukuran kecil (mikrospora) berkelamin jantan yang akan tumbuh menjadi mikroprotalium pembentuk anteridium. Paku heterospora disebut juga berumah dua. Contohnya Selaginella (paku rane), Salvinia, Marsilea (semanggi).
3.      Paku peralihan atau campuran; menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi jenisnya berbeda (berkelamin jantan atau betina). Spora dapat tumbuh menjadi protalium yang akan membentuk salah satu alat kelamin; arkegonium atau anteridium saja. Paku peralihan termasuk berumah dua. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
2. Gametofit
gametofit
Gambar 1.14 gametofit

Gametofit pada tumbuhan paku berupa talus; ada yang berukuran kecil (beberapa milimeter) dan ada yang berukuran besar. Pada umumnya gametofit berbentuk lembaran seperti hati atau daun waru yang disebut protalium (protalus). Gametofit melekat pada substrat dengan menggunakan rizoid. Gametofit berukuran kecil, misalnya pada Equisetum dan Lycopodium, sedangkan gametofit berukuran besar, misalnya pada Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa). Pada umumnya sel-sel gametofit mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis. Pada jenis tumbuhan paku tertentu, misalnya yang bersimbiosis dengan jamur, zat organik diperoleh dan jamur simbion karena gametofitnya tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis.
Gametofit akan membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Anteridium akan menghasilkan spermatozoid berflagel, sedangkan arkegonium menghasilkan ovum (sel telur).
Tumbuhan paku berumah satu memiliki gametofit biseksual yang dapat membentuk dua macam alat kelamin, baik anteridium maupun arkegonium, misalnya paku homospora. Tumbuhan paku berumah dua memiliki gametofit uniseksual yang hanya membentuk salah satu alat kelamin (anteridium atau arkegonium saja), misalnya paku heterospora dan paku peralihan.

3. Peranan Pteridophyta bagi Manusia

Tumbuhan paku memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, namun ada pula yang merugikan. Tumbuhan paku yang bermanfaat antara lain sebagai berikut.

1.      Tanaman hias, misalnya Adiantum (suplir), Platycerium sp. (paku tanduk rusa), Asplenium nidus (paku sarang burung), Nephrolepis, dan Alsophila glauca (paku tiang).
2.      Bahan obat-obatan, antara lain Equisetum (paku ekor kuda) yang memiliki fungsi diuretik (melancarkan pengeluaran urine) dan Selaginella plana (obat luka).
3.      Bahan makanan (sayuran), misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
4.      Pupuk hijau, misalnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang biru Anabaena azollae yang mampu mengikat gas nitrogen (N2) bebas.
5.      Pembuatan petasan (pyrotechnics), dengan menggunakan spora Lycopodium sp.
6.      Tiang bangunan, misalnya Alsophila glauca.
7.      Bahan penggosok (ampelas), misalnya Equisetum sp.
Tumbuhan paku yang merugikan manusia, misalnya Salvinia molesta (kayambang), merupakan gulma tanaman padi. Habitat tumbuhan paku ada yang di tanah, ada yang epifit pada pohon lain dan ada yang hidup di air. Karena itu ada tiga macam tumbuhan paku, yaitu paku tanah, paku epifit, dan paku air. Umumnya tumbuhan paku menyukai tempat yang teduh dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tumbuhan paku (Pterydophyta) merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan floem). Beradasarkan bentuk dan ukuran dan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil.
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina (arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora.










DAFTAR PUSTAKA
Saktiyono.1989.Biologi 1 Program Inti.Jakarta :Intan Pariwara
Sembiring, L. dkk. 2005. Biologi. Jilid 1. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Oka,Anak Agung. Botani Tumbuhan Rendah. Metro : UMM