BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan
tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil dalam batu berusia 420 juta
tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268 juta tahun lalu,
merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan
darat yang telah memilki akar, batang, dan daun sesungguhnya. Oleh karena itu,
tumbuhan paku termasuk kelompok Cormophyta berspora. Tumbuhan paku
(Pteridophyta) digolongkan tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus
serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang utama adalah spora.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah,
Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh,
sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan
sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan
daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut
juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang,
daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga
disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh
pengangkut.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
2.
Apa saja ciri-ciri Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
3.
Bagaimana daur hidup dari Tumbuhan paku
(Pteridophyta)?
4.
Apa manfaat dari Tumbuhan paku (Pteridophyta)?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Tumbuhan paku
(Pteridophyta).
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari Tumbuhan paku
(Pteridophyta).
3.
Untuk mengetahui daur hidup dari Tumbuhan paku
(Pteridophyta).
4.
Untuk mengetahui manfaat dari Tumbuhan paku
(Pteridophyta).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah
divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun
sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga
dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun
sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut
sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh
pengangkut. Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas
memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji
dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju
daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan
berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan
heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada
Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua
keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet (gametofit)
merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk
zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini
terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui
pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi
haploid. Dari spora akan terbentuk protalium
melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas,
yaitu: Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae
(paku ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan
tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil dalam batu berusia 420 juta
tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268 juta tahun lalu,
merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan
darat yang sudah sempurna.
B. Reproduksi dan Daur Hidup Tumbuhan Paku
Karakter khas pada Pteridophyta ( tumbuhan paku)
Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase sporofit yang
menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual.
Spora yang jatuh ditempat lembab akan tumbuh menjadi
protalium atau prothallus yang merupakan fase gametofit yang berwujud tumbuhan
kecil berupa lembaran berwarna hijau Fase gametofitnya lebih pendek daripada
fase sporofitnya. Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang
terdiri dari dua fase , yaitu fase gametofit dan fase sporofit. Tumbuhan paku
yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora.
Bentuk generasi fase gametofit
dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), Prothallium
berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak
berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya) tidak berbatang, tidak
berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
Dari prothallium tumbuh anteridium (antheridium, organ
penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium,
organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air
sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang
menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Tumbuhan paku berupa tumbuhan yang
dewasa yang berakar, berbatang dan berdaun.
Daun yang muda menggulung. Daunnya
ada yang berukaran besar (makrofil) maupun kecil ( mikrofil ) dan ditemukan
pula daun sporofil ( daun penghasil spora) dan Tropofil( daun untuk
fotosintesis yang sering pula disebut daun steril.
Gambar 1.3 daun paku
Daun sporofil dibagian permukaan
bawahnya terdapat sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian
bawahnya tidak rata. Karena sering dijumpai dialam tentu ia lebih lama hidupnya
maka pada paku Fase sporofit lebih dominan / lebih lama hidupnya dibandingkan
dengan fase gametofitnya yang berupa fase gametofit.
Tumbuhan paku juga berepsoduksi secara vegetative
dengan rizom. Rizom tumbuh menjalar ke segala arah membentuk koloni-koloni
tumbuhan paku. Rizom adalah batang yang tumbuh di dalam tanah.
Gambar 1.4 rizom
Berdasarkan jenis spora yang
dihasilkan tumbuhan paku dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Tumbuhan paku homospora
Tumbuhan
paku homospora hanya memproduksi satu macam ukuran spora. Sering pula disebut
tumbuhan paku berumah satu, contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat).
Tumbuhan ini batangnya seperti kawat , hidup memanjat pada tumbuhan lain .
Tumbuhan paku homospora memiliki metagenesis sebagai berikut.
Gambar 1.5 metagenesis homospora
2.
Tumbuhan Paku Heterospora
Paku
heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran kecil dan
berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan
berkelamin betina disebut makrospora. Mikrospora akan tumbuh menjadi
mikroprotalium Sedangkan makrospora akan tumbuh menjadi makroprotalium.
Mikroprotalium membentuk mikrogametofot yang akan menghasilkan anteredium,
sednagkan makroprotalium membentuk arkegonium. Anteredium menghasilkan sperma
dan arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara sperma dan ovum
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan
menghasilkan spora.
Gambar 1.6 metagenesis heterospora
3.
Tumbuhan Paku Peralihan dari Homospora ke Heterospora
Tumbuhan
paku peralihan menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi dapat dibedakan
antara spora jantan (spora +) dengan spora betina (spora -). Contohnya
paku ekor kuda (Equisetum debile)
Gambar 1.7 paku peralihan
C. Klasifikasi, Struktur dan Peranan Tumbuhan Paku
Masyarakat
juga mengenal tumbuhan paku dengan istilah pakis. Kajian
evolusi menyatakan bahwa tumbuhan vaskuler berspora (tumbuhan paku)
diperkirakan sudah ada dan mendominasi hutan selama masa Karboniferus; sekitar
360 juta tahun silam.
Ciri-Ciri Tumbuhan paku
Pteridophyta adalah sebagai berikut:
Gambar 1.8 tumbuhan paku
1. Tumbuhan
paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
2. Secara
anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xylem dan floem
3. Terdapat
dua fase generasi, yaitu sporofit (menghasilkan spora) dan gametofit
(menghasilkan sel kela-min).
4. Berdasarkan
fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun tropofil (untuk
fotosintesis) dan daun sporofil (penghasil spora).
5. Berdasarkan
bentuknya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun mikofil (daun kecil) dan
daun makrofil (daun besar)
6. Habitat
tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang
hidupnya menempel.
7. Pada
waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
8. Tumbuhan
paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan
gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet
betina.
9. Dalam
siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
10. Memiliki
klorofil sehingga termasuk tumbuhan fotoautotrof.
1)
Klasifikasi Tumbuhan Paku
Dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, tumbuhan paku temasuk dalam kingdom
Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas yaitu Psilophytinae,
Equisetinae, Lycopodiinae, dan Filicinae.
a)
Psilophytinae
Gambar 1.9 psilotum nudum
Merupakan paku purba. Disebut juga paku telanjang karena tidak berdaun
atau daunnya kecil (mikrofil), ada pula yang tidak berakar sejati. Kebanyakan
sudah punah dan dapat ditemukan dalam bentuk fosil. Satu jenis yang masih
ditemukan sampai sekarang adalah Psilotum nudum.
a. Ordo
Psilophytales (paku telanjang)
Berupa
terna, belum memiliki akar (hanya rizoid), tidak berdaun atau berdaun
kecil-kecil (mikrofil), batang telah memiliki pembuluh.
Famili :
Rhyniaceae
Spesies :
Rhynia major, Zosterophylum australianum
b. Ordo
Psilotales
Berupa
terna kecil, rendah, belum memiliki akar (hanya rizoid), bercabang menggarpu,
mikrofil seperti sisik-sisik pada batang. Protalium telah ada, hanya berukuran
beberapa sentimeter saja.
Familia :
Psilotaceae
Spesies :
Psilotum nudum, terdapat di Jawa.
Psilotum triquetrum, terdapat di daerah
tropik.
b. Equisetinae
Gambar 1.10 Equisetum
Berupa rerumputan dengan batang beruas, sporangium
terdapat dalam strobilus berbentuk gada. Daun kecil, tunggal, dan tersusun
melingkar. Contohnya Equisetum dan Calamites. Equisetum
(paku ekor kuda) tumbuh di dataran tinggi. Batangnya seperti rebung asparagus
atau mirip daun cemara. Batangnya berongga, berbuku-buku, dan tumbuh tegak.
Daun terdapat pada setiap buku, melingkar, berbentuk sisik, dan kecil (berupa
mikrofil).
c. Lycopodiinae
Gambar 1.11 Selaginella
Berupa rerumputan, pangkal batang tidak memiliki
pendukung akar, sporofil berbentuk ginjal dengan ujung yang meruncing panjang
dan tepi bergerigi. Daunnya kecil (mikrofil) dan tersusun spiral. Batangnya
seperti kawat. Contohnya Lycopodium, Selaginella, dan Isoetes.
Selaginella banyak ditanam di pot atau taman.
Terdiri
atas 4 ordo, yakni ordo Lycopodiales, Selaginellales,
Lepidodendrales, dan Isoetales.
a. Ordo
Lycopodiales
Berupa terna, batang memiliki
berkas pengangkut sederhana. Daun seperti jarum dianggap homolog dengan
mikrofil dengan satu tulang daun tidak bercabang. Akar bercabang menggarpu,
sporofil berbentuk segitiga sama sisi.
Familia : Lycopodiaceae
Spesies : Lycopodium cernuum,x
sering dipakai dalam pembuatan karangan
bunga.
Lycopodium clavatum,
serbuk spora sebagai pelapis pil agar tidak lengket.
b. Ordo
Selaginellales
Sebagian berbatang
tegak, tapi juga ada yang batang mendatar, tidak mengalami pertumbuhan
sekunder. Daun ada dua macam, mikrofil dan makrofil, belum mengalami
diferensiasi membentuk jaringan pagar dan jaringan spons. Akar tumbuh dari
bagian batang yang tidak berdaun. Bersifat heterospor, protalium telah
mereduksi, berukuran sangat kecil.
Contoh spesies:
Selaginella wildenowii, Selaginella caudate, Selaginella Plana.
c. Ordo
Lepidodendrales
Paku yang tergolong
ordo Lepidodendrales sekarang telah punah. Ordo Lepidodendrales berbentuk pohon
yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan diameter batang 2 m. Daun menyerupai
jarum, mempunyai lidah-lidah. Dalam daun terdapat berkas pengangkut yang
sederhana. Batang telah memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder dan
terdapat meristem.
Ordo ini terdiri atas
dua famili, yaitu:
Famili : Sigillariaceae
Spesies : Silillaria elegans Gigillaria
micaudi
Famili : Lepidodendraceae
Spesies : Lepidodendron visculare,
Lepidodenstron aculeatum, Lepidaostrobus
major
d. Ordo
Isoetales
Ordo
Isoetales berupa terna, sebagian hidup pada tanah, sebagian hidup tenggelam
dalam air. Batang seperti umbi, jarang sekali bercabang menggarpu. Pada bagian
atas batang terdapat daun-daun yang berujung lancip yang panjangnya mencapai 1
cm. Daun-daun kebanyakan sporofil dengan satu sporangium. Hanya daun yang
letaknya paling dalam yang steril. Daun yang letaknya lebih dalam merupakan
mikrosporofil.
Isoctales
terdiri atas satu famili, yaitu:
Famili :
Isoctaceae
Spesies :
Isoctes lacustris, Isoctes duvieri
d. Filicinae
Gambar 1.12 Alsophila glauca
Merupakan
tumbuhan paku yang sering dilihat di sekitar kita, yang umum disebut pakis.
Berdaun besar (makrofil), daun muda menggulung, memilki tulang daun, sudah
memiliki mesofil (daging daun), dan sporangium terdapat pada sporofil (daun
penghasil spora). Contohnya paku tiang (Alsophila glauca) yang tumbuh
di daerah pegunungan, berbentuk seperti pohon palem, batangnya berwarna hitam.
Contoh lain adalah suplir (Adiantum cuneatum) untuk tanaman hias dan
semanggi (Marsilea crenata) yang hidup di tanah berair.
Kelas
Filicinae meliputi tiga subkelas, yaitu Eusporangiatae, Leptosporangiatae,
dan Hydropterides.
a. Subkelas
Eusporangiatae
Kebanyakan
berupa terna, protalium di bawah tanah tidak berwarna, atau di atas tanah
berwarna hijau. Protalium selalu ditumbuhi cendawan endofitik. Sporangium
berdinding tebal dan kuat dengan spora-spora yang sama besar.
Subkelas
Eusporangiatae terdiri dua ordo, yaitu Ophioglossales dan Marattiales.
§ Ordo
Ophioglossales
Meliputi tumbuhan paku
berbatang pendek dalam tanah. Daun asimilasi dan daun sporofil jelas kelihatan,
berbentuk malai atau bulir keluar dari tangkai, dari pangkal, dari tengah, atau
dari tepi daun steril. Sporangium sama besar (homospor), bulat, tanpa annulus,
berdinding kuat. Dalam mendapatkan makanan Ophioglossales bersimbiosis dengan
mikoriza. Dari familia Ophioglossaceae contohnya Ophioglossum vulgatum,
Botrycium lunaria, terdapat di Eropa Ophioglossum reticulum, terdapat di
Indonesia.
§ Ordo
Maratttiales
Tumbuhan paku kelompok
ini berdaun amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium
berdinding tebal, tanpa annulus, terdapat di sisi bawah daun, umumnya homospor.
Sporangium berlekatan membentuk sinangium. Ordo ini hanya memiliki satu famili,
yaitu Marattiaceae.
Contoh spesies:
Christensenia aesculifolia, daun menjari, beranak daun 3, sinangium berbentuk
cincin pada sisi bawah daun. Marattia fraxinea, daun dengan panjang sampai 2
meter, menyirip ganda, pada pangkal tangkai terdapat duri yang merupakan
modifikasi daun penumpu. Angiopteris evecta (paku kedondong), paku besar, daun
panjangnya mencapai 2-5 meter, menyirip ganda 2-4, anak daun menyerupai daun
kedondong.
b. Subkelas Leptosporangiatae
Tumbuhan paku subkelas
ini beranggotakan sekitar 90% dari total genus dalam kelas Filicinae, yang
tersebar di seluruh muka bumi. Paling banyak terdapat di daerah tropis, mulai
jenis paku terkecil (berukuran beberapa cm) sampai paku pohon. Yang berupa paku
pohon, biasanya batang tanpa kambium, kekuatan batang berasal dari rangkaian
berkas pengangkut yang tersusun konsentris. Kebanyakan berupa terna dengan
rimpang tumbuh mendatar atau sedikit tegak, jarang bercabang. Daun muda selalu
menggulung karena pertumbuhan sel-sel pada sisi bawah daun yang lebih cepat.
Pertumbuhan apikal
hampir tidak terbatas, anatomi daun telah menyerupai Spermatophyta dengan
diferensiasi, adanya diferensiasi membentuk jaringan tiang dan jaringan bunga
karang. Tulang daun bercabang-cabang dengan berbagai macam pola sebagai salah
satu dasar klasifikasi. Kadang-kadang sebagian daun tertutup oleh semacam sisik
yang dinamakan palea. Umumnya sporofil mempunyai bentuk yang sama dengan
trofofil, sporangium terdapat di sisi bawah daun.
Sporangium terkumpul
menjadi sorus yang bentuknya bermacam-macam. Sporangium muncul dari penonjolan
jaringan daun yang dinamakan plasenta atau reseptakulum. Sebelum masak, sorus tertutup
oleh selaput yang dinamakan indusium. Sistem pertulangan daun, susunan
sporangium, bentuk dan letak sorus, ada tidaknya indusium merupakan ciri
pengenal yang penting dan dipakai sebagai dasar klasifikasi. Semua paku
Leposporangiatae bersifat homospor. Protalium berukuran beberapa sentimeter
saja dengan umur terbatas.
Subkelas
Leptosporangiatae terdiri dari beberapa famili, di antaranya:
Osmundaceae, contohnya
yaitu Osmunda javanica, terdapat di Indonesia.
Schizaeaceae, contohnya
yaitu Schizaea digitata, Schizaea dichotoma, terdapat di Indonesia.
Contoh lain Lygodium
circinnatum, batang membelit, daun amat panjang, tersusun menyirip.
Gleicheniaceae, contoh
spesiesnya yaitu
Gleichenia linearis,
Gleichenia leaevigata (paku andam, paku resam)
Matoniaceae, contohnya
Matonia pectinata, tumbuh di Kalimantan.
Hymenophyllaceae,
contohnya yaitu Hymenophyllum australe, hidup di tanah atau epifit.
Cyatheaceae, contohnya
Cyathea javanica, Alsophila glauca (paku tiang), hidup di hutan-hutan atau di
pinggir kali.
Polypodiaceae, contoh
spesies Davallia trichomanoides, Nephrolepis exaltata, Aspidium filix-mas,
memiliki rimpang yang dapat dipakai untuk obat (Aspidium), Asplenium nidus
(paku sarang burung), Pteris ensiformis, merupakan paku tanah, Adiantum cuneatum
(suplir), sebagai tanaman hias, Drymoglossum heterophyllum, Drymoglossum
piloselloides (paku picis), epifit pada pepohonan, Playtcerium bifurcatum (paku
tanduk rusa), sebagai tanaman hias, Acrosticum aureum (paku laut).
c. Subkelas Hydropterides
Subkelas ini
beranggotakan tumbuhan paku yang hidup di air. Umumnya heterospor, menghasilkan
makrospora dan mikrospora. Badan yang mengandung sporangium dinamakan
sporokarpium.
Hydropterides meliputi
dua ordo, yaitu ordo Salviniaceae dan Marsileaceae.
§ Ordo
Salviniaceae, contoh spesies:
– Salvinia natans, paku
air yang mengapung, terdapat di Asia dan Eropa
– Azolla pinnata,
tumbuhan kecil, lunak, bercabang-cabang, terapung di air. Daun yang terapung
berfungsi untuk asimilasi, di dalamnya terdapat ruangan-ruangan berisi koloni
Anabaena azollae, sejenis alga biru yang dapat mengikat nitrogen udara.
Suku Marsileaceae,
contoh spesies:
– Marsilea crenata
(semanggi), hidup di air, berakar dalam tanah, batang merayap, daun bertangkai
panjang dengan empat helai anak daun, dimanfaatkan sebagai sayuran.
2) Struktur
Tubuh Paku
1.
Sporofit
Gambar 1.13 sporofit
Sporofit
memiliki bagian-bagian tubuh, yaitu akar, batang, dan daun. Rizoidnya sudah
berkembang ke bentuk akar. Sel-sel penyusun batang dan daun memiliki klorofil sehingga
tampak berwarna hijau. Batang tumbuhan paku bercabang-cabang dan ada yang
berkayu. Ada juga batang yang memiliki rambut-rambut halus (berbulu). Tumbuhan
paku memiliki batang yang tumbuh di bawah permukaan tanah (rizom).
Tumbuhan paku memiliki susunan pembuluh angkut bertipe radial, bila xilem dan
floem tersusun menjari, misalnya pada Lycopodium. Berkas pembuluh
bertipe konsentris bila xilem terletak di tengah dan dikelilingi oleh floem,
misalnya pada Selaginella. Pembuluh xilem berfungsi untuk mengangkut
air dan garam-garam mineral dari akar ke daun, sedangkan pembuluh floem
berfungsi mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tubuh.
Tumbuhan
paku pada umumnya berdaun, dan daunnya memiliki urat-urat daun. Daun tumbuhan
paku ada yang berukuran besar, disebut makrofil. Ada pula daun
yang berukuran kecil, disebut mikrofil. Mikrofil berbentuk
sisik, misalnya pada Equisetum (paku ekor kuda). Tumbuhan paku yang
tidak berdaun disebut paku telanjang, misalnya Psilotum.
Daun tumbuhan paku muda yang menggulung disebut fiddlehead (circinnate,
sirsinat). Gulungan akan terbuka ketika daun muda tumbuh menjadi daun dewasa.
Daun dewasa
dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut.
1. Tropofil,
adalah daun yang berfungsi khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung
spora.
2. Sporofil,
adalah daun yang menghasilkan spora.
Berdasarkan
ukuran dan bentuk daunnya, tumbuhan paku dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Paku heterofil,
memiliki dua macam daun yang berbeda ukuran dan bentuknya. Contohnya paku sisik
naga Drymoglossum yang memiliki sporofil dengan ukuran lebih panjang
daripada tropofil.
2. Paku homofil,
memiliki daun dengan ukuran dan bentuk yang sama. Contohnya Adiantum
cunninghamii (suplir) dan Nephrolepis.
Spora dihasilkan
di dalam sporangium (kotak spora). Sporangium pada tumbuhan
paku terkumpul dalam bentuk berikut.
1. Sorus.
Sporangium berada di dalam kotak terbuka atau tertutup oleh indusium.
Di dalam sporangium terdapat anulus, yaitu sejumlah sel
penutup yang berdinding tebal dan membentuk cincin. Bila sporangium kering,
anulus akan membuka dan menyebarkan spora. Sorus terdapat di permukaan bawah
daun dengan susunan yang beraneka ragam, antara lain sejajar tulang daun,
berjajar di tepi daun, tersebar berbentuk noktah, dan zig-zag. Contohnya Nephrolepis
dan Adiantum.
2. Strobilus.
Sporangium membentuk suatu bangun kerucut bersama sporofil. Contohnya Lycopodium
dan Selaginella.
3. Sporokarp.
Sporangium dibungkus oleh daun buah (karpelum). Contohnya Salvinia,
Marsilea, Azolla, dan paku air lainnya.
Berdasarkan
jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Paku homospora atau
isospora; menghasilkan satu jenis spora dengan bentuk dan ukuran yang
sama. Paku homospora disebut juga berumah satu karena sporanya
akan tumbuh menjadi protalium pembentuk anteridium maupun arkegonium. Contohnya
Lycopodium, Nephrolepis, Drymoglossum, dan Dryopteris filix-mas.
2. Paku heterospora atau
anisospora; menghasilkan dua jenis spora dengan ukuran yang berbeda.
Spora yang berukuran besar (makrospora atau megaspora)
berkelamin betina yang akan tumbuh menjadi makroprotalium atau
megaprotalium pembentuk arkegonium. Spora yang berukuran kecil
(mikrospora) berkelamin jantan yang akan tumbuh menjadi mikroprotalium
pembentuk anteridium. Paku heterospora disebut juga berumah dua.
Contohnya Selaginella (paku rane), Salvinia, Marsilea
(semanggi).
3. Paku peralihan atau
campuran; menghasilkan spora yang berukuran sama, tetapi jenisnya
berbeda (berkelamin jantan atau betina). Spora dapat tumbuh menjadi protalium
yang akan membentuk salah satu alat kelamin; arkegonium atau anteridium saja.
Paku peralihan termasuk berumah dua. Contohnya Equisetum
debile (paku ekor kuda).
2.
Gametofit
Gambar 1.14 gametofit
Gametofit
pada tumbuhan paku berupa talus; ada yang berukuran kecil (beberapa milimeter)
dan ada yang berukuran besar. Pada umumnya gametofit berbentuk lembaran seperti
hati atau daun waru yang disebut protalium (protalus).
Gametofit melekat pada substrat dengan menggunakan rizoid. Gametofit berukuran
kecil, misalnya pada Equisetum dan Lycopodium, sedangkan
gametofit berukuran besar, misalnya pada Platycerium bifurcatum (paku
tanduk rusa). Pada umumnya sel-sel gametofit mengandung klorofil dan dapat
berfotosintesis. Pada jenis tumbuhan paku tertentu, misalnya yang bersimbiosis
dengan jamur, zat organik diperoleh dan jamur simbion karena gametofitnya tidak
memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis.
Gametofit akan
membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina
(arkegonium). Anteridium akan menghasilkan spermatozoid berflagel, sedangkan
arkegonium menghasilkan ovum (sel telur).
Tumbuhan paku
berumah satu memiliki gametofit biseksual yang dapat membentuk dua macam alat
kelamin, baik anteridium maupun arkegonium, misalnya paku homospora. Tumbuhan
paku berumah dua memiliki gametofit uniseksual yang hanya membentuk salah satu
alat kelamin (anteridium atau arkegonium saja), misalnya paku heterospora dan
paku peralihan.
3. Peranan Pteridophyta bagi Manusia
Tumbuhan paku memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, namun ada pula yang merugikan. Tumbuhan paku yang bermanfaat antara lain sebagai berikut.
1. Tanaman
hias, misalnya Adiantum (suplir), Platycerium sp. (paku
tanduk rusa), Asplenium nidus (paku sarang burung), Nephrolepis,
dan Alsophila glauca (paku tiang).
2. Bahan
obat-obatan, antara lain Equisetum (paku ekor kuda) yang memiliki
fungsi diuretik (melancarkan pengeluaran urine) dan Selaginella plana
(obat luka).
3. Bahan
makanan (sayuran), misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium
aquilinum (paku garuda).
4. Pupuk
hijau, misalnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang biru Anabaena
azollae yang mampu mengikat gas nitrogen (N2) bebas.
5. Pembuatan
petasan (pyrotechnics), dengan menggunakan spora Lycopodium
sp.
6. Tiang
bangunan, misalnya Alsophila glauca.
7. Bahan
penggosok (ampelas), misalnya Equisetum sp.
Tumbuhan
paku yang merugikan manusia, misalnya Salvinia molesta (kayambang),
merupakan gulma tanaman padi. Habitat tumbuhan paku ada yang di tanah, ada yang
epifit pada pohon lain dan ada yang hidup di air. Karena itu ada tiga macam
tumbuhan paku, yaitu paku tanah, paku epifit, dan paku air. Umumnya tumbuhan
paku menyukai tempat yang teduh dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhan
paku (Pterydophyta) merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling
sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel di sekeliling organ reproduksi,
sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa
rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis,
korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan floem). Beradasarkan bentuk dan
ukuran dan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan
makrofil. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil
dan sporofil.
Tumbuhan
paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan
gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung
spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan
(gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina (arkegonium). Seperti
pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis).
Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora.
DAFTAR PUSTAKA
Saktiyono.1989.Biologi 1 Program Inti.Jakarta
:Intan Pariwara
Sembiring,
L. dkk. 2005. Biologi. Jilid 1. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Oka,Anak
Agung. Botani Tumbuhan Rendah. Metro : UMM